Find Us On Social Media :

Xiaomi Terus Berkomitmen Luncurkan Ponsel Murah dan Ambil Untung Kecil

By Adam Rizal, Selasa, 11 September 2018 | 12:00 WIB

Xiaomi Resmi Luncurkan "Duet Maut" Redmi 6 dan Redmi 6A

Label smartphone murah dengan spesifikasi unggulan hingga hari ini masih dipegang vendor asal China, Xiaomi. Sampai-sampai beberapa pesaing menganggap Xiaomi menjadi perusak harga pasar.

Terlepas dari itu, strategi ini pun sukses membuat Xioami merangsek ke empat besar vendor dengan pengapalan global terbesar, merajai pasar India, sekaligus menduduki peringkat dua merek smartphone terlaris kedua di Indonesia pada kuartal terakhir.

Xiaomi semakin memanjakan Mi Fans dengan meluncurkan debut Pocophone F1, sub-brand Xiaomi yang menyandang gelar smarpthone Snapdragon 845 paling murah.

Pocophone F1 mulai dilepas ke pasaran dengan harga Rp 4,5 juta untuk varian RAM 6 GB dan memori 64 GB.

Dimana rata-rata vendor akan mematok harga di atas Rp 5 juta jika mengadopsi Snapdragon 845.

Baca Juga : Goyang Samsung, Xiaomi Jadi Vendor Ponsel Terbesar Kedua di Indonesia

Lalu, apakah Xiaomi akan tetap bertahan memproduksi ponsel premium murah?

Managing Director Xiaomi India, Manu Kumar Jain mengatakan, Xiaomi tetap berkomitmen untuk menjual produknya dengan harga terjangkau. Saat ditanya apakah Xiaomi akan meluncurkan smartphone seharga 699 dollar AS, dimana kabarnya harga tersebut akan menjadi harga termurah iPhone baru yang akan meluncur, Manu menjawab sangat tidak mungkin.

Menurutnya, sebagaimana dirangkum dari WCCF Tech, belum ada teknologi smartphone yang digunakan Xiaomi untuk mengharuskan mereka mematok harga jual 699 dollar AS atau setara dengan Rp 10,5 juta.

Xiaomi sesumbar akan tetap pada batas marjin keuntungan sebesar 5 persen dan belum berniat menambah keuntungan lagi dengan menjual ponsel di harga belasan juta.

Baca Juga : Xiaomi Poco F1, Smartphone dengan Prosesor Snapdragon 845 Termurah

Strategi menjual smartphone dengan harga miring juga mendorong penetrasi Xiaomi di pasar berkembang seperti India dan Indonesia, di mana vendor kelas atas seperti Apple susah payah menempuh pasar negara tersebut.