Donald Trump (Presiden Amerika Serikat) kerap menggunakan Twitter sebagai media komunikasinya kepada warga, kolega dan musuh politiknya.
Apalagi, gaya Trump yang selalu ceplas ceplos dalam berkomunikasi kerap menuai pro dan kontra.
Bahkan, Trump pernah menggemparkan para petinggi Pentagon dengan sebuah tweet yang seandainya diunggah dapat memicu perang dengan Korea Utara (Korut) karena cuitan itu menandakan agresi militer AS ke Korut.
Kecerobohan Trump itu diungkap Bob Woodward, wartawan senior yang baru saja meluncurkan buku kontroversial bertajuk Fear: Trump in the White House, dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi CBS pada Minggu.
"Kami akan memulangkan warga kami sebanyak 28.000 dari Korea Selatan," kata Woodward mengungkapkan cuitan Trump yang gagal ditayangkannya.
Korut memperingatkan AS bahwa cuitan itu adalah isyarat AS untuk melancarkan serangan terhadap negaranya.
Woodward mengungkapkan kecemasan para petinggi Departemen Pertahanan AS.
"Saat itu jelas ada kegentingan di antara para petinggi Pentagon, mereka berpikir, 'Ya Tuhan, ini hanya sebuah tweet dan kita sudah menerima pesan bahwa mereka akan membacanya sebagai sebuah serangan akan dilancarkan'," ucap Woodward seperti dikutip Washington Post.
Pada tahun lalu, Trump kerap melancarkan ancaman terbuka terhadap Korut. Pada September 2017 lalu, ia mencuit akan "menghancurkan Korut".
Ia juga mengejek Kim Jong un sebagai "little rocket man" dan memamerkan kemampuan senjata nuklir AS.
Untungnya, kini hubungan AS dan Korut sudah membaik setelah pertemuan Trump dan Kim Jong un di Singapura pada 12 Juni.
Dalam bukunya, Woodward sendiri menggambarkan Trump sebagai presiden yang labil dan ceroboh dan kerap membuat para pembantu serta menteri-menterinya cemas.
"Tingkah lakunya tidak bisa diprediksi dan kerap membahayakan negara," pungkasnya.
Buku Fear: Trump in the White House disusun berdasarkan wawancara dengan orang-orang dekat Trump. Woodward menceritakan para staf Trump di Gedung Putih berani mencuri dokumen dari meja presiden supaya surat-surat itu tidak diteken.
Beberapa pembantu Trump itu nekat melawan perintahnya karena bisa membahaya negara dan rakyat AS. Woodward menyebutnya sebagai "kudeta administratif".
Tak lama setelah buku Woodward diumumkan, seorang staf senior Trump dari Gedung Putih bahkan menulis sebuah opini di koran New York Times yang di dalamnya membenarkan kisah-kisah yang ditulis Woodward.
Staf senior itu menulis bahwa ada "perlawanan diam-diam" terhadap Trump di Gedung Putih.