Find Us On Social Media :

Bukan Upah Murah, Ini Alasan Apple Produksi iPhone di Tiongkok

By Adam Rizal, Minggu, 16 September 2018 | 18:00 WIB

Para pekerja Foxconn sedang merakit iPhone di pabrik perakitan Foxconn di Tiongkok

Perang dagang Amerika Serikat (AS) vs Tiongkok terus bergejolak dan mengkhawatirkan para pengusaha yang terus merugi karena penetapan tarif impor yang sangat mahal.

Sayangnya, kedua belah pihak tidak menunjukan tanda-tanda untuk berdamai. Bahkan, Donald Trump (Presiden AS) akan menambahkan tarif impor kembali kepada Tiongkok dan memaksa perusahaan AS yang berada dan memproduksi barangnya di Tiongkok untuk pulang kampung.

Trump pun memaksa Apple untuk memindahkan basis produksinya dari Tiongkok ke AS karena saat ini Apple masih mengandakan perusahaan perakitan Foxconn untuk merakit iPhone, iPad, MacBook dan Apple Watch di Tiongkok.

"Buat produk Anda di AS dan bukannya di Tiongkok. Mulai bangun pabrik sekarang," tulis Trump di Twitter.

Para analis menghitung biaya produksi iPhone di AS tidak akan jauh berbeda dari biaya produksi di Tiongkok.

Pada 2016, MIT Technology Review menyebutkan bahwa biaya untuk memproduksi iPhone di AS menggunakan komponen impor dari luar negeri hanya akan menaikkan biaya produksi USD30 atau Rp445 ribu - USD40 atau Rp593 ribu.

Hal itu bukanlah masalah, mengingat margin keuntungan Apple dari penjualan iPhone sebesar 64 persen.

Namun, Vox mengungkapkan permasalahan sesungguhnya mengapa Apple memproduksi perangkatnya di Tiongkok bukan terletak pada biaya produksi dan komponen impor tetapi Tiongkok memiliki kemampuan, skala produksi, keahlian dan infrastruktur.

"Tiongkok memiliki itu semua. Sementara untuk menyediakan semua hal itu di AS, diperlukan waktu yang tidak sebentar dan uang yang tidak sedikit," lapor Vox.

Dengan kata lain, jika Apple ingin memproduksi iPhone di AS, Apple harus membangun jaringan dan infrastruktur dari nol.

Tentunya, itu akan memakan waktu dan pasar sudah tidak sabar menunggu produk-produk Apple.

Selain itu, Tiongkok hanya mengambil untung USD8 atau sekitar Rp119 ribu per-iPhone. Jadi, mengembangan jaringan manufaktur di AS bukan tindakan cerdas untuk Apple.

Vox pun menepis anggapan banyak orang bahwa Apple memproduksi iPhone di Tiongkok karena biaya pekerjanya yang lebih murah karena banyak negara yang upah pekerjanya jauh lebih murah daripada Tiongkok seperti Nikaragua.

Tahun lalu, Tim Cook (CEO Apple) mengatakan bahwa ia akan menggunakan kombinasi antara kemampuan, robot yang canggih dan keahlian komputer untuk membuat iPhone. Gabungan dari ketiga kombinasi itu adalah sistem yang ada di Tiongkok, yang telah dibangun dalam waktu yang tidak sebentar.

"Ada kesalahpahaman tentang Tiongkok, asumsi yang beredar kami memproduksi barang di Tiongkok karena murahnya upah pekerja," ujarnya.

"Tiongkok tidak lagi menjadi negara dengan upah minimum rendah sejak lama. Dan itu bukan alasan kami untuk pergi ke Tiongkok. Alasannya adalah karena kemampuan dan jumlah orang yang memiliki kemampuan itu dan jenis dari kemampuan itu sendiri," pungkasnya. 

Baca Juga : Trump Minta Apple Pergi dari Tiongkok dan Bikin Pabrik di AS

Baca Juga : Dampak Perang Dagang AS vs Tiongkok Bikin Harga iPhone Makin Mahal

Baca Juga : Antisipasi Perang Dagang, Trump: iPhone Rakitan Tiongkok Bebas Pajak