Find Us On Social Media :

Google Murka, Karyawannya Bocorkan Informasi "DragonFly" ke Internat

By Adam Rizal, Senin, 24 September 2018 | 10:00 WIB

Ilustrasi Google di China

Data pengguna ini bisa saja diserahkan ke otoritas China yang dikenal menerapkan kontrol ketat terhadap aktivitas warganet di sana dan sering menarget aktivis, mereka yang mengkritik pemerintah, dan jurnalis.

Lantaran itu, sebagian pihak memandang Dragonfly bisa bertindak sebagai perpanjangan tangan pemerintah China dalam memata-matai warganya.

Pada pertengahan Agustus lalu, lebih kurang dua pekan setelah rencana Dragonfly bocor ke publik, CEO Google Sundar Pichai mengatakan bahwa proyek tersebut masih berada dalam “tahap awal”.

Namun, laporan lain menyebutkan bahwa para karyawan yang terlibat dalam Dragonfly telah diminta untuk menyiapkan peluncuran proyek itu sejak bulan Juli, sambil menunggu persetujuan dari Beijing.

Menurut keterangan dalam memo, karyawan Google yang terlibat dalam pengembangan Dragonfly setidaknya berjumlah 215 orang, lebih banyak dari banyak proyek lainnya di Google.

Memo turut menyatakan bahwa, dari tampilan screenshot, pengembangan aplikasi Dragonfly tampaknya sudah berada tahap lanjut. Pernyataan manajemen atas Google bahwa Dragonfly baru sekadar “eksperimen” pun terdengar meragukan.

Memo itu pertama kali diunggah pada 5 September di messaging list untuk karyawan internal Google, namun segera dihapus oleh manajemen.

Karyawan yang telah membuka atau menyimpan dokumen memo pun kabarnya langsung dikontak dan diminta agar tak menyebarluaskan isi memo.

Sang pembuat memo konon adalah seorang engineer Google yang terlibat dalam pengembangan Dragonfly. Dia rupanya merasa tak setuju dengan penyensoran di China dan kerahasiaan yang menyelubungi Dragonfly.

Bagi sebagian karyawan, kerahasiaan ini bertentangan langsung dengan citra publik Google yang mengedepankan transparansi.

“Pimpinan memperdaya engineer yang bekerja (di Dragonfly) soal sifat proyek ini,” komentar seorang karyawan Google yang membaca memo.

Google sendiri sebenarnya sudah hengkang dari China pada 2010 lantaran tersandung keharusan menyensor.

Begitu pula dengan Facebook, Twitter, dan layanan online asal AS lainnya sehingga industri digital China dikuasai oleh pemain dalam negeri.

Kendati demikian, pasaran internet China tetap menggiurkan bagi perusahaan-perusahaan teknologi AS sehingga mereka berupaya masuk kembali dengan menuruti kemauan pemerintah setempat.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Google Berang Karyawan Bertukar Informasi soal "DragonFly".