Sebenarnya, pencatatan asal-muasal produk yang dikirim supplier bisa dilakukan dengan database biasa. Namun menurut Frank Yiannis, relational database masih memadai untuk mengelola ratusan SKU. Ketika berhadapan dengan 50-70 ribu SKU seperti Walmart, teknologi blockchain memiliki skalabilitas yang lebih bisa diandalkan.
Blockchain juga memudahkan input data dari supplier yang harus terintegrasi dengan sistem Walmart. “Jika menggunakan linear database, supplier harus mengintegrasikan data mereka ke sistem Walmart. Jika mereka menyuplai toko lain, mereka harus mengintegrasikan ke sistem yang lain. Jadi banyak pekerjaan berulang yang harus dilakukan supplier” jelas Frank.
Ketika ditanya tips bagi perusahaan yang ingin mengimplementasikan blockchain, Frank menyebut pentingnya memahami tantangan bisnis yang ingin diselesaikan. “Fokus kami adalah menyelesaikan masalah bisnis yang dihadapi Walmart, bukan menggunakan blockchain” ungkap Frank.
Karena itu, pemanfaatan blockchain harus menjadi inisiatif berbasis bisnis dan bukan sekadar inisiatif divisi TI.