Versi mobile dari game ber-genre Battle Royale, “Fortnite”, baru dirilis di sistem operasi iOS pada 15 Maret 2018 lalu.
Dalam 200 hari pasca beroperasi, Fortnite mobile dilaporkan telah meraup 300 juta dollar AS (Rp 4,5 triliun).
Setidaknya begitu yang diungkap perusahaan marketing intelligence, Sensor Tower. Angka ini lebih besar dari pendapatan game sohor lainnya, “Clash Royale”, yang meraup 228 juta dollar AS (Rp 3,4 triliun) dalam 200 hari pertamanya.
Lebih rinci, pemain Fortnite iOS secara kolektif di seluruh dunia menghabiskan rata-rata 1,5 juta dollar AS (Rp 22,7 miliar) per hari sejak pertama rilis. Nominal itu bertambah ketika Season 6 hadir pada 27 September lalu.
Pengguna semakin agresif menghamburkan duit di Fortnite, dengan rata-rata pengeluaran hariannya menjadi 2,5 juta dollar AS (Rp 37,9 miliar).
Fortnite bisa dibilang mencanangkan model bisnis yang cukup taktis dan cerdas untuk meraup pemasukan.
Game-nya tersedia secara cuma-cuma, hingga pada satu poin tertentu pengguna dibuat seakan perlu mengumpulkan perkakas yang diistilahkan “Cosmetics”. Nah, Cosmetics ini berbayar atau biasanya disebut in-app purchase.
Baca Juga : Jangan Coba-coba Curang Ketika Main Game Fortnite, Ini Akibatnya
Paling besar dari Cosmetics Fortnite juga memiliki mode Player versus Enemy (PvE) yang dinamai “Save the World”. Mode ini diakses tak gratis, sehingga menjadi ceruk pemasukan lain bagi Fortnite.
Namun, menurut data Sensor Tower, pemasukan Fortnite mayoritas tetap dari penjualan Cosmetics seperti dikutip PhoneArena. Perlu dicatat, transaksi di Fortnite menggunakan satuan sendiri yang disebut “V-Bucks”.
Jika dikalkulasikan dalam mata uang nyata, 500 V-Bucks yang dipaketkan dengan 100 bonus tambahan bernilai 4,99 dollar AS (sekitar Rp 75.000).
Di platform Android, game Fortnite saat ini baru bisa diunduh dan dijalankan oleh segelintir perangkat.