Uber akan mendaftarkan diri ke U.S. Securities and Exchange Commission untuk melakukan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) pertama kalinya.
Uber harus bergegas melantai ke bursa saham, menyusul kompetitor Lyft telah melakukan IPO terlebih dahulu dua hari lalu.
Uber percaya diri masuk bursa saham karena nilai valuasi pasar Uber terbaru mencapai USD72 miliar dan Uber menargetkan nilai valuasinya akan meroket senilai USD 120 miliar pada 10 tahun kedepan.
Uber sendiri didirikan oleh Travis Kalanick pada 2009. Uber meraup total hampir USD 20 miliar dalam kombinasi pinjaman dan pendanaan ekuitas, berdasarkan data PitchBook seperti dikutip Tech Crunch.
Sejauh ini SoftBank menginvestasikan miliaran dolar dan menjadi pemegang saham terbesar Uber. Selain SoftBank, Toyota juga baru saja menginvestasikan USD 500 juta ke Uber beberapa bulan lalu.
Uber pun mulai meningkatkan ekspansi bisnisnya dari sekadar layanan ride sharing tetapi sudah merambah ranah lainnya termasuk mobil tanpa sopir.
Kembali Rugi
Uber melaporkan pendapatan senilai USD2,8 juta dalam laporan keuangan Q2 2018 dengan kerugian sebesar USD891 juta atau sekitar Rp13 triliun.
Kerugian Uber ini disebabkan oleh peningkatan pengeluaran perusahaan penyedia jasa ride sharing tersebut.
Untungnya, kerugiannya Uber tidak sebesar sebesar periode yang sama pada 2017 senilai USD 4,5 miliar.
Kerugian yang tidak cukup besar karena Uber menjual bisnisnya di Rusia dan Asia Tenggara termasuk Indonesia seperti dikutip The Verge.
Saat ini saham Uber memang masih belum go public dan masih merupakan perusahaan privat yang membuat Uber tak perlu mengeluarkan laporan keuangan tetapi Uber tetap melakukannya.
Secara total, Uber sudah membakar uang sebanyak USD 11 miliar sejak pertama diluncurkan pada 2009.
Dengan kerugian sebanyak itu, saat ini Uber masih mempunyai simpanan uang sebesar USD7,3 miliar.
PHK Operator
Uber memecat 100 operator mobil tanpa sopir di fasilitasnya Pittsburgh, Amerika Serikat, mengingat Uber akan mengecilkan tim mobil tanpa sopir menyusul kecelakaan fatal di Arizona, AS pada Maret.
Dalam penyelidikan atas kejadian tersebut, diketahui bahwa mobil otonom memang mendeteksi keberadaan sang pejalan kaki, tapi ia terus melaju.
Ironisnya, operator mobil otonom yang seharusnya mengambil tindakan sedang menonton TV di smartphonenya ketika kecelakaan terjadi.
Hal ini membuat Uber dilarang mengoperasikan mobil otonom di Arizona. Uber juga berhenti melakukan pengujian mobil otonom di San Francisco, Toronto dan Pittsburgh akibat dari kecelakaan ini.
Sebagai gantinya, Uber akan membuka lowongan sebagai mission specialist sebanyak 55 orang untuk menggantikan 100 operator tersebut. Perekrutran mission specialist itu menunjuk Uber ingin kembali menguji mobil tanpa sopir di jalan umum tetapi dengan jumlah mobil yang lebih sedikit.
Para karyawan baru itu akan menguji mobil tanpa sopir di lintasan khusus dan jalan biasa sehingga memberikan masukan teknik yang lebih banyak daripada operator mobil otonom sebelumnya.
Uber pernah menggunakan mission specialist untuk mengoperasikan mobil tanpa sopir dalam medan yang sulit dan menguji peralatan baru di lintasan.
Source | : | Tech Crunch |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR