Beberapa saat lalu, Netflix merilis daftar serial televisi dan film yang paling banyak ditonton di platform-nya. Namun, daftar itu hanya memasukkan konten orisinil yang diproduksi sendiri oleh Netflix.
Padahal, berdasarkan data firma penelitian Jumpshot, lebih dari 50 persen serial televisi yang paling banyak ditonton di Netflix sejatinya tak diproduksi alias non-orisinil.
Tiga teratas secara berurutan adalah serial komedi lawas “The Office”, “Friends”, serta “Parks and Recreation”.
Tak heran Netflix baru-baru ini rela membayar lisensi senilai 100 juta dollar AS (Rp 1,4 triliun) ke WarnerMedia untuk melanjutkan penyiaran “Friends” sepanjang 2019 mendatang.
Yang patut dikhawatirkan Netflix, pemegang lisensi untuk tayangan-tayangan non-orisinil di platform-nya berencana membangun layanan serupa. Misalnya saja Disney -yang juga berencana mengakuisisi Fox-, NBCUniversal, serta WarnerMedia.
Strategi bisnis masing-masing untuk melawan dominasi Netflix beragam. Ada yang hendak menarik kontennya dari Netflix, atau menuntut pembayaran lisensi dengan biaya sangat besar, seperti dikutip Recode.
Upaya tandingan Netflix Netflix agaknya sudah menyiapkan diri untuk menghadapi ancaman tersebut.
Layanan berbasis California itu semakin produktif membuat konten orisinil yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
Setiap bulannya, Netflix rata-rata merilis 50-an konten orisinil baru, baik berupa serial televisi maupun film. Beberapa di antaranya mendulang popularitas yang sesuai dengan ekspektasi.
Misalnya saja “Orange is the New Black”, “Bojack Horseman”, “Black Mirror”, dan “13 Reasons Why”.
Namun dari data Jumpshot, serial-serial tersebut bahkan tak masuk sepuluh besar jika digabung dengan konten non-orisinil.
Yang menarik, ada perbedaan data yang dirilis Jumpshot dan Netflix. Serial televisi orisinil terpopuler menurut data Netflix adalah “On My Block”. Padahal, tayangan tersebut bahkan tak masuk top 20 di data Jumpshot.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR