Sebuah jaringan multi-tier dapat mengelompokkan SN menjadi beberapa cluster. Setiap cluster dipimpin oleh sebuah cluster head (CH), yang berfungsi mengumpulkan data dari seluruh SN yang ada dalam clusternya. Setelah dikumpulkan, data dirangkum dan dikirimkan ke BS. Karena SN hanya mengirim data ke CH di dalam clusternya, maka jumlah aliran data dari tiap individu SN ke BS menjadi berkurang. Akibatnya, collision dapat dikurangi, sementara congestion dapat dicegah.
Kemudian, jika sebuah CH terletak jauh dari BS, model komunikasi multihop antar CH juga dapat dilakukan sebagaimana yang terjadi pada SN. Agar dapat berkomunikasi dengan SN maupun BS yang terletak pada lapisan komunikasi atau frekuensi radio yang berbeda, CH harus mempunyai transceiver yang dapat bekerja pada kedua frekuensi tersebut.
Pada gambar jaringan multi-tier, garis hitam menunjukkan link-link yang dibentuk dalam lapisan komunikasi bawah antara SN dan CH, sementara garis putih putus-putus menunjukkan koneksi yang dibentuk dalam lapisan komunikasi atas antara CH dengan BS.
Untuk membentuk sebuah jaringan multi-tier, perangkat CH dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai cara. Salah satu cara yang biasa dilakukan adalah menggunakan SN sebagai CH. Dengan cara ini, sebuah program yang diisikan pada seluruh SN akan bekerja secara terdistribusi untuk memilih SN yang akan menjadi CH. Pemilihan CH biasanya berdasar sisa energi baterai yang paling besar.
Jika cara ini dianggap tidak sesuai dengan tujuan pemakaian WSN, maka bisa saja perangkat CH dibuat berbeda dengan perangkat SN. Cara ini umumnya dipilih jika kemampuan CH diharapkan lebih baik daripada kemampuan SN.
Penulis: Dr. Ir. Prihadi Murdiyat, MT
Dosen Politeknik Negeri Samarinda, Alumnus Curtin University, peneliti WSN dan pemanfaatannya
Penulis | : | Administrator |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR