Tidak ada yang menyangkal iPhone adalah ponsel flagship tercanggih dan termahal saat ini. Namun, daya magis iPhone mulai memudar seiring penurunan penjualan iPhone terbaru.
Hal itu membuat Saham Apple terjun bebas 10 persen, sehari setelah CEO Tim Cook mengumumkan turunnya proyeksi pendapatan.
Nilai saham Apple jadi USD 142,19 per saham saat pasar ditutup, nilai terendah sejak bulan Juli 2017.
Para Apple Fan Boy yang kerap mengganti iPhone lama dengan iPhone baru pun urung melakukannya.
Lantas, apa yang membuat penjualan iPhone mulai meredup?
"Sederhana saja, harga iPhone baru terlampau mahal. Mulai USD 749 untuk iPhone XR dan USD 999 untuk iPhone XS. Juga produk lain, termasuk iPad Pro baru yang dimulai USD 799 serta MacBook Air baru mulai USD 1.199," tulis Raymond Wong (Pengulas Produk-produk Apple) seperti dikutip Mashable.
"Sebagai reviewer, saya masih yakin bahwa meski dijual USD 749, iPhone XR bagus value-nya. Tapi saya mengerti itu adalah jumlah besar uang bagi sebagian orang," ucapnya.
Apple membanderol iPhone XS Max 512 GB senilai Rp30 jutaan.
Harga jual iPhone yang selangit, terasa tak ada 'rasanya' bagi orang Amerika, mengingat berkah dollarnya menguat. Sementara itu, imbasnya di pasar luar negeri Paman Sam, harga segitu tentu sangat mencekik.
Harga iPhone yang mahal itu pun sangat mahal berat bagi warga-warna negara berkembang seperti India yang gajinya pas-pasan. Mereka pun beralih ke ponsel Android buatan Tiongkok yang jauh lebih murah dan bagus kualitasnya.
Tentunya, banyak konsumen yang merasa tidak perlu membeli iPhone edisi terbaru karena iPhone lama mereka masih baik-baik saja.
"Saya tahu banyak orang masih memakai iPhone lama. Mereka suka dengan headphone jack yang ada. IPhone lama itu bekerja dengan baik dan bahkan lebih cepat karena iOS 12 meningkatkan performa. Mereka suka dengan tombol home fisik dan Touch ID. Baterai baru memperbaiki segalanya," ujarnya.
Maka, makin banyak orang menganggap iPhone baru tidak terlampau penting. "Sudah seperti televisi. Apakah Anda butuh televisi baru setiap tahun? Tentu saja tidak," tambah Raymond.
"Sementara Tim Cook menyalahkan perlambatan ekonomi China dan ketegangan perdagangan, kami berpendapat bahwa menurut kami, harga jual rata-rata iPhone adalah masalah terbesar meningat spesifik yang tidak menarik dan meningkatnya persaingan di China dan Eropa," tutur analis CLSA Nicolas Baratte dikutip dari Business Insider.
"Secara khusus, kami pikir Huawei seri P dan Mate adalah masalah bagi Apple yang diberikan spesifikasi hardware serupa pada 2/3 atau setengah harga," sambungnya.
"Sangat mudah untuk mengatakan Apple seharusnya memotong harga produk untuk mendorong permintaan," kata dia.
Source | : | MASHABLE,Business Insider |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR