Pasar bursa mata uang virtual sangat terkait dengan mata uang virtual itu sendiri. Saat ini, mata uang virtual berada pada tahap awal perkembangannya, jika dibandingkan dengan dengan pasar saham, derivatif, dan mata uang.
Namun demikian, potensi pertumbuhannya terbilang sangat besar. Potensi pertumbuhan pesat ini juga terlihat di Indonesia, di mana diestimasi terdapat lebih dari 1 juta trader mata uang virtual.
Selain itu, hasil riset dari TNS dan Luno menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara teratas dalam hal pengetahuan tentang mata uang virtual serta kepemilikannya. Hal ini merepresentasikan potensi yang terus meningkat di negara ini.
Melihat potensi tersebut, LIQNET yang merupakan agregator bursa penukaran mata uang virtual yang berasal dari Singapura, hari ini (30/01/19) mengumumkan ekspansinya di Indonesia.
Dengan banyaknya bursa penukaran mata uang virtual yang ada saat ini, LIQNET menawarkan alternatif bursa yang menggunakan mekanisme LEN (Liquidity Exchange Network) atau jaringan penukaran likuiditas.
Roman Shirokov, Pendiri dan CEO LIQNET mengatakan, “Mekanisme LEN ini mengumpulkan likuiditas dari berbagai platform penukaran mata uang virtual menjadi satu antarmuka, sehingga memungkinkan pengguna melakukan transaksi pada harga terbaik dan spread minimum. Kami meyakini bahwa hal ini menjadikan LIQNET berbeda dari bursa penukaran lain yang telah ada.”
Menurut Blockchain Transparency Institute (BTI), lebih dari 80% volume transaksi yang terdapat di bursa penukaran mata uang virtual adalah volume palsu.
Selain menyebabkan kekhawatiran mengenai transparansi dan praktik bisnis bursa-bursa penukaran yang ada saat ini, hal ini menggarisbawahi masalah mendasar yaitu rendahnya likuiditas di kala tren pasar mengalami penurunan (bear market).
Di pasar mata uang virtual yang seringkali mengalami pergerakan pasar tiba-tiba ini, likuiditas rendah menyebabkan trader tidak dapat membeli atau menjual mata uang virtual dalam jumlah besar dan kehilangan kesempatan memperoleh profit atau bahkan kehilangan uang.
Seorang trader yang ingin menjual mata uang virtual dalam jumlah besar, akan menghadapi masalah jika melakukannya tanpa menjatuhkan harga.
“Teknologi pengumpulan likuiditas LIQNET dapat menjadi solusi masalah yang telah mengganggu pasar selama beberapa waktu ini,” kata Roman.
Lebih lanjut, salah satu isu yang hangat dibicarakan mengenai mata uang virtual adalah masalah keamanan. Tahun 2018 sendiri merupakan tahun terburuk bagi bursa penukaran terkait keamanan transaksi dan pencurian uang virtual. Oleh karena itu, LIQNET dikembangkan dengan memperhatikan aspek keamanan platformnya.
“Untuk bagian server, LIQNET menggunakan sistem cloud privat yang terdistribusi berbasis lokasi, sementara bagian klien terdiri dari sebuah terminal web. Kedua bagian ini hanya bisa bekerja sama dengan pengguna berpengalaman dan terpercaya,” pungkas Roman.
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR