Komite penyelenggara Olimpiade dan Paralimpik 2020, Tokyo, Jepang mengumumkan bakal selesai melaksanakan proyek pembuatan medali dari hasil daur ulang e-waste (limbah elektronik).
Proyek tersebut digelar sejak April 2017, dimulai dari mengumpulkan ponsel, gadget, dan komponen serta perangkat elektronik bekas sebagai bahan dasar medali pada pesta olahraga dunia tersebut.
Ada sekitar 47.488 ton limbah elektronik yang telah dikumpulkan oleh berbagai otoritas Jepang, perusahaan swasta, dan para atlet nasional maupun internasional sebagaimana dikutip The Verge.
Sebagian limbah elektronik tersebut berasal dari 5 juta ponsel bekas yang dikumpulkan di toko-toko NTT Docomo, operator seluler Jepang yang juga menjual ponsel.
Selain lewat NTT Docomo, pengumpulan limbah elektronik juga dilakukan melalui beberapa posko pengumpulan yang juga tersebar di berbagai tempat umum di Jepang, seperti kantor pos.
Puluhan ribu ton limbah elektronik yang dikumpulkan tersebut kemudian akan diekstrak bahan dasar logamnya, guna dijadikan medali perunggu, perak, dan emas. Untuk ekstrasi logam sendiri, komite Jepang telah memenuhi target 2.700 kg perunggu pada Juni lalu.
Sementara per Oktober 2018, target emas (30,3 kg) baru terpenuhi sekitar 93,7 persen, dan target perak (4.100 kg) baru terpenuhi sekitar 85,4 persen.
Meski jumlah emas dan perak yang ditargetkan belum terpenuhi, komite penyelenggara Olimpiade dan Paralimpik 2020 yakin bakal memenuhi target tersebut sebelum proyek pengumpulan limbah elektronik berakhir pada 31 Maret mendatang.
Sebab, pihaknya menyebut ada cukup bahan (limbah elektronik) untuk mengekstrak ketiga medali tersebut. Meski begitu, belum bisa dipastikan bagaimana bentuk medali untuk ajang Olimpiade tersebut.
Namun, desain medali dikabarkan bakal diperkenalkan oleh panitia penyelenggara pada musim panas tahun ini.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR