Mengapa kelompok yang percaya bumi datar kian banyak? Sebuah penelitian menunjukkan, penyebab utama adalah YouTube.
Kesimpulan tersebut didapat setelah tim peneliti dari Texas Tech University melakukan wawancara dengan peserta konferensi Flat Earther dalam dua tahun terakhir. Dari 30 orang yang diwawancara, 29 responden mengatakan mereka awalnya percaya bumi itu bundar. Namun setelah melihat video di YouTube mengenai bumi datar, ketertarikan mereka akan teori tersebut mulai tumbuh sampai akhirnya percaya sepenuhnya.
Perkenalan dengan teori bumi datar pun tidak lepas dari “peran” Youtube. Semua responden menyebut, mereka awalnya melihat video seputar konspirasi, mulai dari konspirasi 9/11 sampai pendaratan manusia di bulan. Namun Youtube kemudian merekomendasikan sebuah video tentang teori bumi datar. Setelah itu, ketertarikan pun muncul dan mereka pun mulai menonton lebih banyak video terkait bumi datar.
Salah satu video paling populer dari teori bumi datar adalah 200 Proofs of Earth is not Spinning Ball. Video ini menampilkan argumentasi bumi datar berdasarkan agama sampai nalar sederhana (seperti mengapa horison selalu garis lurus).
Mudah Mewabah
Asheley Landrum, pemimpin tim peneliti, menyebut YouTube tidak bisa disalahkan sepenuhnya atas fenomena meluasnya paham bumi datar. Namun Landrum berpendapat, YouTube seharusnya bisa mengatur algoritma rekomendasinya agar lebih banyak menampilkan informasi yang akurat.
“Ada banyak informasi berguna di YouTube, namun banyak juga informasi yang salah” ungkap Landrum. “Sayangnya algoritma YouTube memudahkan pengguna untuk masuk ke lingkaran informasi yang salah” ungkap Landrum. Apalagi, video yang tidak akurat tersebut direkomendasikan ke kelompok pengguna yang rentan atas informasi tidak akurat ini (seperti mereka yang percaya teori konspirasi).
Banyak orang berpikir, golongan bumi datar hanya kelompok kecil yang hanya salah informasi. Namun dalam konteks yang lebih luas, semakin banyaknya kelompok bumi datar menunjukkan semakin tingginya ketidakpercayaan atas institusi dan ilmuwan. Pemahaman bumi bulat, yang telah dibuktikan dengan serangkaian uji ilmiah, bisa-bisanya “tidak dianggap” oleh sekelompok orang yang sebenarnya tidak dapat membuktikan kebalikannya secara ilmiah.
Fenomena ini pun bukan cuma di topik bumi datar. Kasus anti-vaksin, misalnya, juga menjadi salah satu contoh fakta ilmiah yang dibantah oleh mereka yang tidak memiliki latar belakang medis. Begitu pula pada kasus yang tidak percaya akan pemanasan global. Kita memang harus kritis atas informasi yang kita terima, namun kita juga harus membuka mata atas informasi yang telah dibuktikan secara ilmiah.
Lalu, bagaimana caranya membatasi penyebaran paham bumi datar dan tidak ilmiah itu? Landrum mengajak ilmuwan untuk memperbanyak video yang akurat. “Kita tidak ingin YouTube dipenuhi video yang mengandung informasi salah” ungkap Landrum. “Kita harus membuat video yang menyanggah semua teori bumi datar, termasuk menunjukkan cara ilmiah untuk membuktikannya” tambah Landrum.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR