Pendekatan user-centric macam ini, menurut Jin, sudah mulai diterapkan di asisten digital Bixby di ponsel Samsung yang menjadi semakin “pintar” alias lebih memahami pengguna seiring dengan semakin banyaknya pemakaian (engagement).
“Kami ingin mewujudkan Ai yang bisa selalu belajar dari pengguna. Baik dalam hal mempelajari interaksi langsung di layar perangkat, perintah suara, maupun percakapan,” ucap Jin.
Masih Pelan
Kemampuan komputer dalam berbagai perangkat masih menjadi batu sandungan untuk “mengajari” AI soal kebiasaan pengguna lewat machine learning.
Menurut Jin, komputer saat ini masih belum mampu mempelajari hal-hal baru secepat manusia, apalagi menebak kebutuhan pengguna.
Namun, meski belum tahu kapan kecerdasan buatan ala film fiksi ilmiah bakal berwujud, dia mengaku optimis visi Samsung soal AI ideal yang paham kebutuhan pengguna bisa tercapai.
“Industri teknologi saat ini masih berada di tahap awal dari perjalanan panjang kecerdasan buatan,” katanya.
Samsung sendiri bertekad menjadi salah satu pemimpin dunia dalam hal pengembangan kecerdasan buatan, bersama para pemain lain dalam dunia teknologi macam Google dan Facebook.
Khusus untuk pengembangan AI, Samsung memiliki pusat riset kecerdasan buatan yang tersebar di lima negara, yakni Korea Selatan, Inggris, Amerika Serikat, Kanada dan Rusia.
Mengenal Dimitri Josephine Sahertian, Instruktur Unreal Engine Kebanggaan Indonesia
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR