Cepat atau lambat Indonesia akan segera memasuki era industri 4.0 yang akan mengubah pola bisnis berbasis digital di masa depan. Industri 4.0 menjadi salah satu topik sorotan di Indonesia pada awal tahun ini.
Saat ini pemerintah pun mulai mendukung semua pihak, khususnya perusahaan dan startup yang bergerak di bidang teknologi, untuk masuk ke industri 4.0. Indonesia pun membutuhkan sejumlah persiapan matang untuk mengembangkan ekosistem industri 4.0 yang saat ini belum tercipta di Indonesia.
Akademisi dan pengamat industri Mari Elka Pangestu mengatakan ada beberapa pilar yang akan menopang terciptanya ekosistem dari industri 4.0 di Indonesia yaitu.Internet of Things (IoT), Big Data, Cloud Computing, Machine Learning, Robotik, hingga kecerdasan buatan (AI, Artificial Intelligence).
"Dalam mengimplementasikan industri 4.0, Indonesia harus meningkatkan volume data, daya komputasi, dan konektivitas," kata Mari Elka di Algoritma Data Science Center, Jakarta.
Data adalah unsur terpenting untuk memberikan 'tenaga' kepada industri 4.0. Namun, faktanya Indonesia memiliki data yang tersebar dalam berbagai bentuk, ada yang berbentuk manual dan kertas serta ada juga bentuk digital.
Mari mengatakan Indonesia menghadapi tantangan talent development untuk industri 4.0. Padahal kebutuhan lapangan akan SDM di bidang data scientist, coding, dan software development terus meningkat.
"Butuh waktu lama untuk bisa mendigitalisasikan data ini, dan lagi-lagi kita butuh SDM Data Scientist," ucapnya.
Karena itu, pemerintah harus mendongkrak kualitas SDM lokal agar bisa melaju ke industri 4.0. Pertama, adalah upaya reformasi kurikulum pendidikan formal berbasis STEAM (Science, Technology Art, Engineering, and Math).
Adapun yang kedua, sekolah kejuruan--khususnya di bidang ilmiah dan teknologi--juga harus lebih difokuskan agar menyerap lebih banyak SDM. "Yang terakhir adalah menyeimbangkan talenta lokal dengan talenta asing, agar bisa sama-sama bersinergi untuk menciptakan ekosistem SDM di bidang ini," pungkasnya.
Tantangan lainnya, Indonesia harus memiliki SDM yang mampu melakukan kemampuan analitik dan bisnis intelijen. Indonesia juga harus membutuhkan pemahaman seperti pengembangan transfer intruksi digital ke dalam bentuk fisik, seperti robotik dan cetak 3D.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR