Mobile Marketing Assosiation (MMA) mengungkapkan Indonesia memiliki potensi pemasaran digital yang besar karena jumlah pengguna ponsel pintar yang lebih besar dibandingkan dengan negara lain di dunia.
"Studi menyebut masyarakat Indonesia lebih banyak menggunakan ponsel pintar sebagai akses point membuka Internet. Indonesia itu mobile first country. Ini juga mengubah cara marketer untuk menempatkan iklan, tidak cukup hanya dengan cara tradisional," kata Program Director APAC MMA Azalea Aina.
Menurut studi Global Web Index Mrket 2018, 97 persen masyarakat Indonesia menjadikan ponsel pintar sebagai alat utama dalam mengakses Internet dan 89 persen di antaranya merupakan pengguna perangkat Android.
Konsumsi masyarakat Indonesia terhadap smartphone juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan konsumsi global yaitu selama empat jam dalam satu hari. Data Nielsen menyebut Indonesia mengeluarkan dana belanja iklan tanpa digital sebesar Rp38,2 triliun.
Sedangkan, biaya belanja iklan termasuk iklan digital di Indonesia mencapai Rp40,7 triliun. Hal ini mengindikasikan bahwa belanja iklan di Indonesia mencapai enam persen.
Azalea mengatakan pemasar harus menyesuaikan bentuk iklan yang akan didistribusikan kepada masyarakat dengan minat konsumen saat ini dan menyesuaikan biaya belanja iklan dengan memasukan saluran digital ke anggaran.
"Pemasar juga perlu beradaptasi dengan perubahan tersebut sehingga tidak hanya menggantungkan diri pada cara lama," ucapnya.
MMA juga menilai pemasar perlu memahami tampilan visual iklan yang akan menarik perhatian konsumen, agar dapat menghadirkan iklan yang sesuai. Tidak hanya menyoal strategi untuk mendistribusikan iklan, pemasar juga perlu membekali diri dengan edukasi terkait dampak dari iklan.
MMA menyarankan pemasar untuk bekerja sama dengan berbagai pihak yang kompeten dalam mengukur distribusi dan efektivitas iklan, serta menjamin bahwa perusahaan mereka tidak akan menghadapi penipuan terkait dengan iklan yang mereka distribusikan.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR