Mantan CEO Uber, Travis Kalanick, dikabarkan ikut menyuntikkan dana ke salah satu startup Indonesia, Kargo Technologies. Ini adalah pertama kali Kalanick melakukan investasi untuk startup di Asia.
Sekadar mengingatkan, Travis Kalanick adalah pendiri ride-sharing Uber. Namun pada Juni 2017, ia diturunkan dari jabatannya sebagai CEO Uber karena berbagai skandal yang terjadi di Uber. Travis kemudian mendirikan venture capital 10100 Fund yang memiliki misi mendorong perkembangan startup di berbagai penjuru dunia. Sebelum ini, 10100 Fund telah melakukan investasi di Opendoor dan City Storage System.
Sedangkan Kargo Technologies (https://kargo.tech) adalah startup di bidang logistik. Berdiri di tahun 2018, Kargo menyediakan platform yang mempertemukan antara konsumen yang ingin mengirim barang dengan pemilik truk. “Kargo Technologies didesain untuk mengoreksi masalah ketersediaan, transparansi harga, dan kurangnya kepercayaan dalam proses pembayaran melalui satu aplikasi yang gampang dipakai” ungkap CEO Kargo, Tiger Fang. “Jika proses penawaran dan penerimaan order dibuat lebih efisien, pemakaian truk yang ada akan lebih maksimal” tambah Fang.
Dalam pendanaan Kargo Technologies ini, 10100 Fund bergabung bersama beberapa investor lain, seperti Agaeti Ventures, Intudo Ventures, ATM Capital, dan Innoven Capital. Nilai investasi sendiri mencapai US$7,6 juta atau sekitar Rp.106,4 miliar.
Kepercayaan investor ke Kargo Technologies memang bukan tanpa alasan. Menurut lembaga riset Ken Research, pasar logistik di Indonesia akan mencapai US$240 miliar di tahun 2021 nanti. Hal ini tidak lepas dari geliat ekonomi Indonesia serta kian matangnya pasar e-commerce di negeri ini.
Padahal di sisi lain, infrastruktur logistik di Indonesia relatif masih tertinggal. Menurut data Bank Dunia, Indonesia memiliki skor 3,15 di pengukuran Logistic Performance Index (LPI) tahun 2018, atau peringkat 46 dari seluruh negara yang dinilai. Peringkat ini memang membaik dari tahun sebelumnya, namun masih kalah dari negara tetangga seperti Thailand (peringkat 32), Vietnam (39), dan Malaysia (41).
“Hampir seperempat pendapatan domestik bruto Indonesia senilai Rp.1 triliun berasal dari logistik, namun industri ini masih terbentur masalah infrastruktur yang kurang memadai dan tidak efisien” ungkap Fang. Salah satu contoh inefisiensi tersebut adalah truk tidak membawa muatan saat kembali ke kota asal karena sopir kesulitan mendapatkan pesanan yang sesuai.
Akan tetapi, keputusan Travis Kalanick ke Kargo Technologies juga tidak lepas dari sosok Tiger Fang. Sebelum mendirikan Kargo Technologies, Fang adalah sosok yang memimpin pembukaan Uber di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Dengan kata lain, keduanya memang sudah dekat sejak era Uber dulu.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR