Ada hubungan linear antara pertumbuhan dan inovasi. Namun sebuah survei mengungkap fakta bahwa presentase proyek inovasi di Asia Pasifik yang memiliki potensi berkembang kurang dari 20 persen. Apa penyebabnya?
Asia Pasifik adalah kawasan bertumbuh dengan potensi besar di era ekonomi digital. Namun survei yang diikuti sekitar 1.850 pengambil keputusan di seluruh wilayah Asia Pasifik untuk solusi cloud dan pasar perangkat lunak, menemukan bahwa sebagian besar perusahaan yang diwawancarai memiliki sedikit rencana untuk proaktif dalam inovasi selama tiga tahun ke depan.
"Sementara Asia telah memimpin inovasi secara luas, penelitian ini mengkonfirmasi akan adanya sebuah gejolak inovasi yang besar,” kata Andrew Sutherland, Senior VP, Teknologi dan Sistem, Oracle APAC dan EMEA. "Dalam ekonomi global yang sangat kompetitif saat ini, perusahaan tidak dapat hanya berpangku tangan. Mereka yang mengambil risiko berkembang lebih pesat namun merasa memiliki sedikit harapan untuk mengejar ketinggalan. Sebaliknya mereka perlu melihat dengan seksama hambatan tersebut dan secara aktif mengatasinya. Dengan budaya yang efektif dan suportif, visi yang jelas dari para pemimpin, prioritas dan pendanaan proyek-proyek yang dipilih dan pendekatan baru seperti berkolaborasi, kegiatan di bidang ini lebih mungkin untuk sukses. Memiliki inovasi bukan hanya memiliki ide belaka, tetapi mengenai eksekusi, " papar Andrew.
Ada tiga hal yang berpotensi menghambat sebuah proyek inovasi:
1. Kurang fokus dan struktur
Komitmen berlebihan ternyata bisa menghambat perusahaan mewujudkan inisiatif inovasi. Sepertiga dari responden mengaku dibebani terlalu banyak proyek. Hal ini umumnya terjadi di perusahaan-perusahaan yang sedang tumbuh pesat, di mana 41% dari responden melaporkan adanya terlalu banyak inisiatif yang harus dikerjakan secara bersama-sama. Kendala lain adalah tim inovasi yang terpisah dari bisnis inti.
2. Kurang kepemimpinan
Tim bisnis dipandang kurang memiliki komitmen, ditambah lagi tidak ada kepemilikan (ownership) yang jelas terhadap proyek tersebut. Ini kendala yang sejak dulu kerap terjadi dalam merealisasikan inisiatif teknologi dan bisa menjadi hambatan utama bagi perusahaan dalam berinovasi.
3. Keterlibatan pelanggan sebagai indikator keberhasilan
Dalam mengukur ROI, organisasi mulai beranjak dari Key Performance Indicator (KPI) tradisional, yaitu produktivitas karyawan (52%) dan pendapatan (53%); dan makin memerhatikan area-area, seperti pengalaman pelanggan (57%) dan retensi (52%).
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR