Amazon secara resmi mengumumkan akan membangun data center di Indonesia. Rencananya, data center untuk Amazon Web Services ini akan dibuka pada akhir 2021 atau awal 2022.
Dengan pembangunan data center ini, Indonesia akan menjadi negara ke sembilan di Asia Pasifik yang dipilih Amazon. Sebelumnya, Amazon telah memiliki data center di Beijing, Mumbai, Ningxia, Seoul, Singapura, Sydney, Tokyo, dan Hong Kong.
Yang menarik, data center di Indonesia ini akan memiliki tiga Availability Zones. Sekadar mengingatkan, Availability Zones adalah istilah AWS untuk menggambarkan perbedaan lokasi data center. Dengan menyebut adanya tiga Availability Zones, besar kemungkinan Amazon akan membangun data center di tiga lokasi di Indonesia.
Sebenarnya, rencana pembangunan data center AWS ini sudah berhembus sejak tahun lalu. Saat bertemu Presiden RI Joko Widodo di September 2018, Wernel Vogels (CTO AWS) menyebut Amazon berniat melakukan investasi di Indonesia senilai US$1 miliar (atau sekitar Rp.14 triliun). Investasi ini akan digunakan untuk mengembangkan layanan data center selama 10 tahun ke depan.
Keseriusan Amazon masuk ke Indonesia bukan tanpa alasan. “Pembukaan AWS region di Indonesia akan mendukung perkembangan ekosistem digital Indonesia yang berkembang begitu cepat, mulai dari startup, enterprise, sampai pemerintahan,” ungkap Peter DeSantis, VP of Global Infrastructure and Customer Support AWS. “Kehadiran AWS di Indonesia akan meningkatkan bisnis dan pekerjaan di bidang teknologi, mendorong ekonomi lokal, serta membantu perusahaan Indonesia di semua industri untuk menurunkan biaya serta meningkatkan kelincahan dalam bersaing di era ekonomi digital” tambah Peter.
Mengapa Kehadiran AWS Penting
Kehadiran AWS di Indonesia menjadi penting mengingat saat ini mereka adalah pemimpin pasar di industri cloud computing. Menurut lembaga riset Canalys, AWS berhasil meraih keuntungan US$25,4 miliar pada tahun 2018, atau 30% dari total pasar public cloud di dunia. Angka ini jauh di atas Microsoft Azure (US$13,5 miliar) atau Google Cloud Platform (US$6,8 miliar).
Dengan masuknya AWS sebagai pemimpin pasar cloud, ekosistem cloud di Indonesia seharusnya akan berkembang, seperti munculnya lapangan kerja dan industri pendukung lainnnya.
Masuknya AWS ke Indonesia juga memudahkan perusahaan Indonesia untuk mengadopsi cloud, utamanya yang highly regulated seperti perbankan. Pasalnya melalui PP 82/2012, Pemerintah Indonesia mengharuskan penyimpanan data konsumen yang harus berada di wilayah hukum Indonesia. Aturan ini sering dilihat sebagai hambatan bagi industri dalam mengadopsi cloud, karena tidak bisa menggunakan layanan cloud yang data center-nya berada di luar Indonesia.
Google sendiri lebih dulu mengumumkan rencana mereka membangun data center di Indonesia. Pada gelaran Google Cloud Summit di bulan Oktober 2018, Google menyebut akan membangun data center di Indonesia. Namun sampai saat ini, Google belum menyebut kapan rencana itu akan terealisasi.
Sebelumnya, Alibaba Cloud (penyedia cloud nomor 4 di dunia) juga sudah membuka data center di Indonesia. Berarti dari empat besar penyedia cloud dunia, hanya Microsoft Azure yang belum memiliki rencana ekspansi ke Indonesia.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR