Peristiwa mengarahkan opini publik menggunakan media sosial memang kerap terjadi di banyak negara.
Khusus untuk Twitter, banyak laporan yang menyebut kalau topik populer di platform itu bisa disetir menggunakan akun bot.
Twitter memiliki beberapa kriteria untuk menduga suatu akun adalah bot sehingga Twitter dapat menghalau akun bot pada perhitungan topik populer di layanan media sosial.
Berikut beberapa kriteria akun bot versi Twitter seperti dikutip di blog resminya.
1. Secara terus menerus membuat Tweet atau mengirimkan sebuah tautan via Direct Message, tanpa komentar apapun.
2. Mengirimkan konten duplikat atau sama persis melalui berbagai akun.
3. Mengirimkan konten duplikat berkali-kali di satu akun.
4. Membuat akun duplikat atau sama persis; atau membuat akun, impresi maupun interaksi palsu antar akun palsu (seperti pengikut, cuit ulang, suka, dll)
5. Memposting banyak konten yang bertujuan untuk memanipulasi atau mengacaukan tren di Twitter
6. Mengirim banyak balasan atau mentions yang tidak diminta.
7. Membeli atau berusaha meningkatkan interaksi akun secara palsu (seperti pengikut, cuit ulang, suka, dll)
8. Menggunakan atau mempromosikan suatu layanan atau aplikasi yang mengklaim dapat meningkatkan jumlah pengikut, cuit ulang, suka (likes); atau membuat sebuah topik menjadi populer.
9. Akun tersebut terus melakukan cuitan dan me-mention akun yang tidak mengikuti (follow) mereka.
10. Perilaku yang mengindikasikan serangan terkoordinasi.
11. Perilaku seperti melakukan cuitan dalam volume tinggi dengan tagar yang sama atau menggunakan akun yang sama tanpa balasan dari akun yang pengguna mention.
BBC melaporkan pengguna cukup membayar USD200 atau sekitar Rp2,8 juta agar topik tertentu yang diminta bisa menjadi topik populer. Praktek itu dimanfaatkan untuk kepentingan komersil maupun politik.
Di Indonesia, isu tentara siber dan bot juga marak terutama saat menjelang Pemilu. Isu tentara siber, peternakan bot, juga marak terdengar.
Salah satu buzzer politik mengungkap bagaimana mereka bekerja untuk mengarahkan opini publik pada pemilu.
Tim yang beranggotakan 10 orang, mengendalikan 200 akun media sosial. Tim kecil ini merupakan bagian dari tim besar beranggotakan 100 orang dan menangani seribu akun media sosial.
Baca Juga : Twitter Izinkan Buzzer Politik Rajin
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR