Ada sebuah poster menarik dari demonstrasi Hari Buruh yang berlangsung kemarin. Poster yang dibawa salah seorang mahasiswa itu bertuliskan kegelisahan apakah mereka akan mendapat pekerjaan ketika lulus nanti. Salah satu penyebab kegelisahan ini adalah keberadaan robot, yang pemanfaatannya kini memang menjalar ke berbagai lini industri.
Namun, apakah benar lapangan pekerjaan manusia akan hilang akibat robot?
Salah satu studi yang dilakukan lembaga riset McKinsey Global Institute sedikit membenarkan kegelisahan tersebut. Studi ini memperkirakan di tahun 2030 nanti, 400-800 juta pekerja di seluruh dunia berpotensi kehilangan pekerjaan akibat adanya otomatisasi. Fyi, yang dimaksud otomatisasi adalah ketika sebuah pekerjaan dapat dikerjakan sebuah sistem komputerisasi secara otomatis tanpa membutuhkan tenaga manusia.
Besarnya jumlah tenaga kerja yang tergantikan ini tidak lepas dari semakin “pintarnya” sistem komputerisasi saat ini. Kemajuan teknologi artificial intelligence membuat banyak pekerjaan yang saat ini dikerjakan manusia bisa digantikan oleh mesin, bahkan dengan hasil yang lebih baik dan biaya lebih efisien. Kelebihan ini membuat daya tarik otomatisasi kian seksi di mata perusahaan, karena dapat meningkatkan efisiensi yang menjadi kunci pertarungan bisnis saat ini.
Studi World Economic Forum 2018 juga mendeteksi fenomena peningkatan penggunaan robot untuk menggantikan peran manusia. Salah satu hasil penelitian dari studi ini menunjukkan, jenis pekerjaan terkait mengevaluasi informasi dan administrasi akan paling cepat digantikan oleh keberadaan robot. Beberapa contoh pekerjaan itu seperti data entry, akuntan, pekerja pabrik, sampai kurir.
Akan tetapi, studi McKinsey dan World Economic Forum sebenarnya juga menyampaikan kabar baik, yaitu munculnya kesempatan kerja baru ketika era robotik mulai mendominasi.
Seperti diungkap penelitian McKinsey, otomatisasi akan meningkatkan produktivitas, yang justru membuat roda ekonomi berputar lebih baik. Akan terjadi peningkatan pendapatan utamanya di negara berkembang, membaiknya kondisi kesehatan masyarakat, serta munculnya konsep ekonomi baru yang membutuhkan lebih banyak tenaga kerja.
Sementara studi World Economic Forum memperkirakan, akan ada 75 juta pekerjaan yang akan digantikan robot. Namun angka itu lebih sedikit dibandingkan kemunculan 133 juta lapangan pekerjaan baru yang menanti para pencari kerja di masa depan. Beberapa jenis pekerjaan baru yang akan dicari (bahkan saat ini sangat dicari) adalah data analyst, machine learning specialist, atau big data specialist.
Sedangkan menurut McKinsey, pekerjaan di masa depan akan menuntut kreativitas dan kemampuan menganalisis, serta kemampuan emosional dan sosial yang baik. Semua aspek tersebut relatif sulit digantikan mesin, sehingga menjadi pembeda signifikan antara manusia dan mesin.
Dengan kata lain, lapangan pekerjaan di masa depan sebenarnya justru lebih terbuka dengan kehadiran teknologi robot. Akan tetapi, pekerjaan di masa depan membutuhkan keahlian atau skills berbeda dibanding pekerjaan saat ini. Pertanyaan besarnya adalah, apakah kita mampu beradaptasi dan mempelajari skills baru tersebut?
Jika iya, kita akan mendapatkan pekerjaan yang menantang dan memberi imbalan ekonomi yang besar. Namun jika tidak, kita terpaksa pasrah menjadi korban kemajuan teknologi.
Jadi anak muda, jangan takut dengan robot. Lebih baik asah kemampuan agar siap menghadapi era ekonomi baru.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR