Red Hat mengumumkan beberapa produk terbarunya di ajang Red Hat Summit 2019 yang berlangsung sejak tanggal 7 hingga 9 Mei di Boston, AS. Salah satu pengumuman yang ditunggu-tunggu adalah ketersediaan Red Hat Enterprise Linux 8.
Red Hat Enterprise Linux (RHEL) 8 digadang-gadang sebagai sistem operasi serba bisa yang khusus dirancang Red Hat untuk era hybrid cloud. RHEL 8 siap mendukung aneka workload dan aktivitas operasional, baik di data center maupun di public cloud.
RHEL merupakan produk yang menempati posisi penting Iingkungan Red Hat, bahkan Jim Whitehurst, CEO Red Hat, menyebutnya sebagai produk pertama dan perdana Red Hat dalam gerakan open source.
Bukan hanya itu, Stefanie Chiras, VP & GM, RHEL Business Unit, memaparkan bagaimana dampak sistem operasi ini terhadap bisnis. Menurut laporan terbaru IDC, pendapatan bisnis software dan aplikasi yang berjalan di RHEL akan menyentuh angka US$ 10 triliun tahun ini dan akan tumbuh dua kali lipat. Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa pengguna RHEL akan dapat menghemat hingga US$ 7 miliar  tahun ini.
Atensi terhadap RHEL 8 juga cukup besar. Â Hal itu terlihat dari jumlah unduhan RHEL 8 versi Beta yang mencapai 10.000 unduhan, sementara versi sebelumnya, RHEL 7 Beta, diunduh sebanyak 2000 unduhan dalam jangka waktu yang kurang lebih sama. Perhatian besar juga diberikan karena RHEL 8 adalah sistem operasi Linux kelas enterprise ini merupakan versi dengan banyak pembaruan sejak tahun 2014.
Antisipasi Tantangan Era Hybrid dan Multicloud
Di era yang diwarnai banyak perubahan ini, Red Hat ingin menyajikan sistem operasi yang tidak hanya menjadi bagian dari technology stack tetapi juga sebagai pemercepat inovasi. Selain mendukung operasional TI di enterprise, RHEL 8 juga dibekali kemampuan untuk mengakselerasi penerapan teknologi-teknologi baru, seperti artificial intelligence dan DevOps.
Dengan 70% pelanggan telah menerapkan lingkungan multicloud dan 64% dari aplikasi yang biasanya ada dalam portofolio TI sudah berbasis cloud, Red Hat mendesain RHEL 8 untuk mampu mengantisipasi pertumbuhan implementasi hybrid cloud dan penggunaan multicloud  melalui beberapa fitur dan kemampuan baru: Red Hat Insight, Red Hat Smart Management, Application Streams, RHEL web console, Image Builder, Container Tools, dan Universal Base Image. Dua di antaranya kami paparkan di sini.
Red Hat Insights adalah layanan Linux expertise-as-a-service. Mengapa disebut expertise-as-a-service? Karena fitur menggabungkan skill dan keahlian Linux yang berhubungan dengan proses deployment dan pemeliharaan sistem produksi berbasis Linux. Fitur ini dikembangkan untuk mengantisipasi perkembangan pesat data center dari sisi skala, cakupan, dan workload yang diyakini Red Hat akan menempatkan skill terkait Linux di posisi penting, sementara pasokan SDM-nya di bursa kerja mungkin tidak akan mencukupi.
Red Hat Insights secara proaktif mengidentifikasi dan memulihkan masalah-masalah TI, seperti kerentanan keamanan dan kestabilan sistem. Red Hat Insights menggunakan analitik prediktif untuk membantu para admin TI mencegah terjadinya masalah dan downtime yang tak diinginkan terutama di lingkungan produksi aplikasi.
Isu lain yang kerap muncul dalam penerapan hybrid dan multicloud adalah pengelolaan infrastruktur on premises maupun yang berbasis cloud. Red Hat menawarkan solusi berupa fitur add on Red Hat Smart Management pada RHEL 8. Fitur ni dikembangkan dengan memadukan Red Hat Satellite untuk pengelolaan sistem on-premises dan layanan pengelolaan RHEL terdistribusi yang ada di cloud. Red Hat Smart Management memungkinkan pengelolaan, patching, konfigurasi dan provisioning deployment RHEL pada infrastruktur hybrid cloud.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR