Di Hari H, drone pun diterbangkan untuk mengambil foto (atau video) dari lokasi. Saat ini, TerraDrone memiliki drone jenis fix wing (seperti pesawat kecil) dan rotor masing-masing sebanyak tiga buah. Drone jenis fix wing memiliki kemampuan memotret area yang luas, sementara drone jenis rotor memiliki kelebihan memotret di ketinggian rendah.
Foto dan video hasil jepretan drone tersebut kemudian “dijahit” menjadi sebuah peta yang siap digunakan. Hasil foto juga bisa diubah menjadi topografi yang menggambarkan lekuk daerah yang diobservasi.
Berbagai Industri
Pemetaan sendiri hanyalah satu dari sekian banyak implementasi pemanfaatan drone. Berdasarkan pengalaman TerraDrone, mereka memiliki pengalaman panjang membantu perusahaan di industri agrikultur, migas, konstruksi, sampai kehutanan.
“Di awal-awal dulu, permintaan dari industri agrikultur tinggi banget” cerita Michael. Contohnya perusahaan kelapa sawit yang memiliki kebutuhan menghitung jumlah kelapa sawit di perkebunan miliknya. Namun belakangan, giliran industri migas yang banyak memanfaatkan drone, seperti untuk memonitor jalur pipa minyak atau gas di lokasi yang sulit.
Ketika ditanya seberapa luas implementasi drone, Michael dengan antusias menggambarkan kemungkinannya. “Drone pada dasarnya adalah benda yang mengantarkan sensor untuk terbang” tambah pria lulusan Teknik Penerbangan ITB ini. Dengan kata lain, potensi drone akan seluas kemampuan sensor yang dibawanya.
Saat ini, drone telah digunakan untuk menerbangkan beragam sensor, mulai dari magnetometer (untuk mendeteksi medan magnet) atau georadar (untuk mendeteksi objek di bawah tanah).
Bahkan TerraDrone baru saja mengerjakan proyek yang memanfaatkan Lidar sebagai sensor utama. Dengan Lidar, proses pemetaan menggunakan pemindaian berteknologi laser sehingga menghasilkan topografi yang lebih akurat.
Di luar fungsi penginderaan (sensing), drone juga bisa digunakan untuk fungsi actuating alias kegiatan fisik. “Contohnya untuk keperluan pengantaran barang atau mengangkat sebuah objek” cerita Michael. Namun saat ini, kebutuhan sensing lebih mendominasi sehingga TerraDrone lebih fokus ke area tersebut. Namun jika ada permintaan, Michael mengaku TerraDrone siap melangkah ke sana.
TerraDrone Indonesia sendiri adalah bagian dari TerraDrone Corporation, perusahaan Jepang yang aktif mengembangkan sayapnya di seluruh dunia. Sebelumnya, Michael dan tim lebih dikenal sebagai Aero Geosurvey Indonesia yang merupakan anak perusahaan dari AeroTerrascan. Tahun lalu, TerraDrone Corporation melakukan akuisisi terhadap Aero Geosurvey dan mengubah namanya menjadi TerraDrone Indonesia.
Bergabung di keluarga besar TerraDrone membuat Michael yakin perusahaan yang ia pimpin akan mampu berakselerasi dengan cepat. “Karena kini kami memiliki akses terhadap teknologi yang dimiliki TerraDrone” tambah Michael. Saat ini, jaringan TerraDrone mencakup India (melalui perusahaan lokal bernama Red Bay), Argentina (G Power), sampai Belgia (Unify).
“Jadi kami saat ini memiliki akses ke teknologi drone dari seluruh dunia” tambah Michael.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR