Huawei mulai merasakan dampak hukuman Pemerintah AS. Menurut media South China Morning Post, Huawei telah mengurangi pesanan pembuatan smartphone ke Foxconn.
Alhasil, Foxconn kini mengalihkan mesin produksi yang selama ini digunakan Huawei ke perusahaan lain. Sekadar mengingatkan, Foxconn adalah perusahaan yang memproduksi smartphone untuk beberapa produsen smartphone dunia, mulai dari Apple, Nokia, Xiaomi, dan Huawei.
Pengurangan angka produksi ini terasa ironis karena Foxconn belum lama ini merekrut lebih banyak pekerja untuk pabriknya. Hal tersebut dilakukan karena kian tingginya permintaan produksi dari Huawei.
Pengurangan ini tentu saja memukul mimpi Huawei yang sempat mencanangkan ambisi menjadi produsen smartphone nomor satu dunia di tahun 2020. Ambisi itu sebenarnya sudah berada di jalur yang benar. Pada kuartal pertama 2019, pangsa pasar Huawei adalah 15,7%, naik dari tahun sebelumnya yang masih di angka 10,5%. Sementara Samsung, penguasa pasar smartphone dunia, pangsa pasarnya turun menjadi 19,2%.
Akan tetapi dengan hukuman Pemerintah AS, semua ambisi tersebut terancam buyar.
Zhao Ming, pemimpin Honor yang merupakan salah satu merek di bawah Huawei, mengakui ambisi perusahaannya berada dalam bahaya. Namun Zhao Ming mencoba tetap positif. “Semua kesulitan ini akan membuat kami lebih kuat, baik dari mental maupun aksi kami ke depan” ungkap Zhao Ming.
Daftar Bertambah
Huawei saat ini memang harus berpikir keras untuk tetap menjaga produksi smartphone mereka. Mereka harus mencari pengganti dari perusahaan AS yang telah menghentikan kerjasama dengan mereka.
Sampai saat ini, perusahaan AS yang telah memutuskan kerjasama adalah Google, Intel, Qualcomm, ARM, Microsoft, Xilinx, dan Broadcom. Kabar terakhir juga menyebut Micron, perusahaan penyedia SSD dan memory, yang menghentikan kerjasamanya dengan Huawei.
Akan tetapi, perusahaan AS yang memutuskan kerjasama dengan Huawei juga harus bersiap menerima aksi balasan. Jumat (31/5) kemarin, Pemerintah China mengungkap rencana menerbitkan daftar perusahaan “tidak bisa diandalkan”. Rencana itu menyebut, perusahaan asing yang menghentikan kerjasama dengan perusahaan China bukan karena alasan bisnis, akan masuk ke daftar ini.
Pemerintah China tidak menyebut apa konsekuensi yang harus diterima ketika sebuah perusahaan masuk daftar “tidak bisa diandalkan tersebut”. Satu yang pasti, perang dagang AS-China akan semakin panas.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR