Pada tahun 2014, Xiaomi untuk pertama kalinya menjejakkan kaki di Indonesia. Vendor smartphone asal China ini membawa Redmi 1S sebagai perangkat pertamanya yang dipasarkan di Tanah Air.
Dalam kurun waktu lima tahun, Xiaomi berhasil mengambil hati para pengguna smartphone di Indonesia.
Dengan banderol harga yang lebih rendah tapi disertai spesifikasi mumpuni membuat merek smartphone ini semakin dicintai penggunanya.
Berdasarkan laporan, Xiaomi kini tengah menduduki peringkat kedua sebagai ponsel dengan market share terbesar di Indonesia.
Samsung masih berada di peringkat pertama sementara di belakang Xiaomi ada dua merek China lainnya yakni Oppo dan Vivo.
Dalam waktu lima tahun, Xiaomi tak hanya berhasil menembus lima besar vendor smartphone di Indonesia, tetapi juga berhasil memberi tekanan pada Samsung yang berada peringkat teratas.
Baca Juga: Kian Serius Tantang Android, Huawei Patenkan OS Terbarunya
Hal ini tentu mengundang pertanyaan, bagaimana bisa Xiaomi melakukan ini?
Menurut analis IDC Indonesia, Risky Febrian, Xiaomi memang baru terlihat lebih gencar memasarkan produknya pada 2018 lalu.
Xiaomi merilis ponsel Redmi 5A dengan harga yang kompetitif sehingga membuat vendor lain harus berupaya membuat lawan yang sepadan untuk produk tersebut.
"Mereka memperkenalkan Redmi 5A. Titik itu mengubah skema persaingan di masing-masing segmen. Mulanya vendor berlomba membuat produk di kelas menengah, akhirnya mereka kembali lagi fokus ke segmen low-end, karena melihat Xiaomi mengancam di segmen ini," ungkap Risky.
Risky menambahkan, apa yang dilakukan Xiaomi dengan meluncurkan Redmi 5A membuat terjadinya disrupsi di pasar low-end dan ultra low-end.
Pasalnya, ponsel Redmi 5A memang benar-benar memaksa vendor lain untuk kembali ke segmen yang lebih rendah ketimbang menengah dan atas.
"Kalau tidak, kebanyakan vendor akan kehilangan pangsa pasarnya," tambah Risky.
Senada dengan Risky, Stephanie Sicilia, Head of Public Relations Xiaomi Indonesia menilai bahwa pasar low-end masih memiliki daya tarik tersendiri di mata para konsumen.
"Beberapa perusahaan riset menyatakan bahwa permintaan terbesar masih dipegang oleh produk low-end dengan harga di bawah 200 dollar AS dan smartphone mid-range dengan harga 200 dollar AS hingga 400 dollar AS," ungkap Stephanie.
"Sejalan dengan nilai dan strategi bisnis kami, kami selalu menyesuaikan dengan tren teknologi dan berkomitmen memberikan variasi produk di masa mendatang supaya memenuhi kebutuhan konsumen di Indonesia," lanjutnya.
Baca Juga: Jumlah PC Tradisional yang Dikapalkan Pada Kuartal Lalu Meningkat
Mempengaruhi pasar
Strategi yang diterapkan Xiaomi terbukti membawa hasil. Data IDC menunjukkan pada kuartal empat (Q4) 2017 pangsa pasar ponsel kelas menengah di Indonesia masih memiliki total sekitar 32 persen.
Namun pada kuartal pertama 2018 (Q1) angkanya menurun menjadi 30 persen dan sampai di Q4 2018 pangsa pasar smartphone mid-range melorot hingga 27 persen.
Menurut Risky, fenomena tersebut tak lain disebabkan oleh kehadiran Redmi 5A yang "merusak" pasar dengan harga yang hanya berkisar pada angka Rp1 juta.
"Vendor-vendor yang berada di kelas menengah, mengubah fokus mereka untuk memperkuat lini low-end. Di Q1 2018 jadi 30 persen, faktornya karena muncul Redmi 5A," kata Risky.
Oleh sebab itulah pasar low-end kemudian mengalami peningkatan. Pada Q1 2018 pasar ini meraup sebanyak 65 persen market share dan di akhir 2018 meningkat ke angka 69 persen.
Kalah agresif dari Samsung Meski strategi yang digunakan berhasil memengaruhi pasar, Xiaomi masih dianggap masih kalah agresif ketimbang Samsung.
Risky menilai perubahan strategi Samsung dengan meluncurkan seri Galaxy A cukup sukses di pasar.
"Secara keseluruhan dari Samsung memang ada peningkatan shipment dari Q1, tapi untuk finalnya tunggu bulan depan. Sejauh ini demand-nya yang paling besar masih di A10 dan A30," ungkap Risky.
Menanggapi hal tersebut, Xiaomi sendiri melihat bahwa sangat wajar jika Samsung memiliki strategi dan model bisnis yang berbeda.
Menurut Stephanie, kompetisi seperti ini justru memberi dampak positif untuk konsumen karena bisa memberi pilihan yang lebih banyak.
"Kami percaya setiap brand memiliki keunikan dan kelebihan masing-masing, sehingga dapat menciptakan ekosistem bisnis yang sehat," kata Stephanie.
"Xiaomi selalu berkomitmen menghadirkan produk inovatif dengan harga terbaik di kelasnya. Inilah yang menjadi fokus pengembangan produk kami yang sesuai dengan kebutuhan konsumen," pungkasnya.
Baca Juga: Begini Cara Samsung Kuasai Pasar Ponsel Menengah di Indonesia
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR