Penggunaan teknologi big data akan menjadi terobosan untuk melihat potensi cadangan migas di Blok Mahakam. Pertamina Hulu Mahakam (PHM) berusaha untuk menambah cadangan migas di Blok Mahakam.
Caranya, PHM akan mengebor dua sumur eksplorasi tahun depan dan teknologi big data untuk menambah cadangan migas di blok tersebut.
General Manager PHM John Anis mengatakan penggunaan teknologi big data akan menjadi terobosan untuk melihat potensi cadangan migas.
"Kan banyak resevoir-nya, bisa jadi tidak kelihatan, dulu dianggap kecil. Nah dengan big data ini bisa terlihat," kata John saat diskusi bersama awak media di Jakarta.
Rencananya PHM akan menggunakan big data pada 2020.
Sebelumnya, CEO Big Java Ruli Harjowidianto menjelaskan big data merupakan kumpulan data yang begitu besar dan rumit.
Penggunaan teknologi big data dapat menunjang berjalannya proses bisnis sehingga lebih efektif dan efisien, termasuk dalam pengambilan keputusan. Ia mencontohkan teknologi big data seperti Geospasial, yaitu penggabungan peta yang diselaraskan dengan dimensi waktu.
"Teknologi ini dapat menunjukkan cadangan dan produksi migas dari sebuah ladang migas," ujarnya.
Kontraktor bisa memutuskan apa yang akan dilakukan di ladang migas tersebut. Teknologi big data juga sangat efektif untuk menghindari kesalahan dalam kegiatan operasi hulu migas.
"Tanah saja bergerak, apalagi minyak. Dari situ untuk mengetahui error, bahwa oke di bawah ini ada minyak atau tidak,” ujarnya.
Pemanfaatan teknologi big data bisa menghemat ongkos eksplorasi migas. Ruli mengakui biaya sewa teknologi big data untuk industri hulu migas cukup mahal, bisa mencapai USD5 juta.
Namun, biaya ini tidak seberapa besar dibandingkan dengan anggaran untuk mengulang kegiatan operasi akibat kesalahan studi dan kajian yang dilakukan.
Sejumlah perusahaan migas multinasional pun telah mengadopsi penggunaan teknologi digital dan big data dalam mendukung kegiatan operasionalnya. Beberapa di antaranya, Total, BP, dan Chevron.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR