Saat ini, semakin banyak jenis pekerjaan yang telah digantikan oleh teknologi. Tenaga customer services, misalnya, perlahan digantikan chatbot.
Tak heran jika kemajuan teknologi automation dan Artificial Intelligence ini memunculkan kegelisahan tersendiri: masihkah ada lowongan pekerjaan bagi manusia di masa depan?
Pertanyaan itulah yang coba dijawab tim peneliti dari McKinsey Global Institute. Melalui laporan berjudul The Future of Work in America: People and Places, Today and Tomorrow, tim peneliti mencoba meneropong jenis pekerjaan yang masih relevan di satu dekade mendatang. Fokus penelitian ini memang ke lapangan pekerjaan di AS, namun bisa menjadi patokan bagi kita terhadap perubahan jenis pekerjaan di masa depan.
Salah satu temuan menarik (sekaligus mengkhawatirkan) dari studi ini adalah pemanfaatan teknologi akan berefek besar pada profesi yang saat ini menyerap banyak tenaga kerja. Contohnya adalah pegawai administrasi kantor, pelayan restoran, buruh pabrik, layanan pelanggan, serta karyawan toko.
Kebutuhan tenaga kerja untuk profesi di atas diperkirakan akan terus menurun sampai tahun 2030 nanti. Hilangnya lapangan kerja ini mungkin tidak seketika, namun terjadi secara perlahan dan pasti. Proses diawali dengan berkurangnya serapan tenaga kerja pada profesi dimaksud, sampai akhirnya jumlahnya berkurang secara signifikan.
Jika ditilik, jenis pekerjaan yang rentan digantikan teknologi melibatkan aktivitas yang rutin dan melibatkan pekerjaan fisik; satu hal yang relatif mudah digantikan teknologi robotik dan automation.
Tantangan kian pelik karena jenis pekerjaan yang terancam umumnya dikerjakan oleh pekerja dengan tingkat pendidikan rendah. Studi ini menyebut, pekerja dengan pendidikan setingkat SMA menghadapi resiko kehilangan pekerjaan empat kali lipat lebih besar dibanding mereka yang berpendidikan sarjana.
Fakta ini mengindikasikan, keluarga berpenghasilan rendah yang kesulitan membiayai pendidikan anaknya akan semakin terpuruk karena kesempatan kerja yang tersedia kian terbatas.
Terbuka Kesempatan
Akan tetapi, bukan berarti masa depan tenaga kerja menjadi suram. Studi tersebut juga menyebut, perkembangan teknologi menimbulkan kebutuhan profesi baru. Profesi seperti software developer atau security expert akan kian banyak dibutuhkan. Studi ini juga mendapati pekerjaan yang melibatkan kreativitas, seperti psikolog dan desain interior, akan terus dibutuhkan.
Pertanyaan besarnya adalah, bagaimana kita mempersiapkan diri menghadapi era baru ini? Dalam studi ini, McKinsey menyebut pemerintah memiliki peran penting dalam mempersiapkan calon tenaga kerja di masa depan. Fokus pendidikan seharusnya mengarah ke area STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics) karena profesi masa depan membutuhkan skills kokoh di area ini.
Pola pikir pendidikan juga harus diubah agar mendorong setiap orang untuk terus belajar (lifelong learning). Bukan jamannya lagi berpuas diri dengan skills yang sudah dikuasai. Di masa depan, perubahan akan terjadi secara cepat sehingga menuntut setiap orang untuk terus menambah keterampilan.
Nah, siapkah Anda untuk bersaing?
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR