IBM Indonesia secara resmi menunjuk Tan Wijaya sebagai presiden direktur baru IBM Indonesia terhitung 1 Agustus 2019 ini. Tan Wijaya menggantikan Megawati Khie yang hijrah ke Google Cloud Indonesia.
Tan Wijaya sendiri bukan sosok baru di IBM Indonesia. Ia telah bekerja di IBM Indonesia sejak tahun 2007 sebagai Territory Solution Partner Manager. Pria lulusan Fisika Nuklir UI ini juga pernah menempati beberapa posisi di IBM, termasuk untuk skala regional sebagai Asisten Eksekutif IBM ASEAN General Manager. Sebelum dipercaya menjadi presiden direktur ini, Tan Wijaya menduduki jabatan Country Manager IBM Systems (yang mengurus bisnis hardware IBM).
Sebagai Presiden Direktur IBM Indonesia, Tan akan bertanggung jawab mendorong pertumbuhan IBM di Indonesia, serta memastikan ekosistem bisnis untuk bisa sukses dalam era ekonomi digital dengan memanfaatkan teknologi yang sedang berkembang.
“Saya merasa bangga menjadi bagian dari perusahaan teknologi terdepan di dunia selama ini. Bersama seluruh tim di IBM Indonesia, kami akan memperkuat komitmen kami atas kesuksesan konsumen,” ujar Tan Wijaya menanggapi kepercayaan yang ia dapatkan. “IBM telah berinvestasi dan akan terus berinovasi dalam mengembangkan solusi-solusi terdepan khususnya dalam bidang AI, cloud, security, dan blockchain, serta mempercepat penerapan produk-produk tersebut bagi pelanggan kami di Indonesia” tambah pria yang pernah terpilih sebagai 50 manager terbaik di IBM Manager Championship global.
Waktu Singkat
Penunjukan Tan Wijaya ini sekaligus menandai peralihan pimpinan tertinggi IBM Indonesia yang terbilang singkat. Pasalnya presiden direktur IBM Indonesia sebelumnya, Megawati Khie, baru menduduki jabatan ini sekitar 10 bulan. Megawati saat ini langsung menduduki jabatan sebagai Country Manager Google Cloud Indonesia.
Singkatnya masa kepemimpinan Megawati Khie di Indonesia memang cukup mengejutkan. InfoKomputer pernah mewawancarai Megawati Khie Agustus 2018, ketika baru menduduki posisi tertinggi di IBM Indonesia. Kala itu, Megawati melihat potensi IBM Indonesia menjawab kebutuhan pelanggan karena memiliki solusi yang luas. “Jadi kami bisa mensinergikan semua portfolio yang dimiliki IBM sehingga dapat menjawab semua kebutuhan konsumen” ungkap Megawaty kala itu.
Megawati juga memiliki mimpi menciptakan lingkungan kerja yang positif dan menyenangkan di IBM Indonesia. “Saya ingin karyawan bisa berkembang, belajar sesuatu yang baru, sehingga karir mereka pun akan meningkat” ujar Megawaty. Kini, Tan Wijaya yang menjadi “anak didik” Megawaty pun dipercaya menggantikan posisinya.
Tan Wijaya sendiri terbilang masih sangat muda, dengan usia masih 38 tahun. Namun dari sisi pengalaman, Tan Wijaya terbilang sudah sangat memadai. Apalagi ini sebenarnya juga pernah mengecap pengalaman di luar IBM. Sekitar tahun 2016-2017, ia sempat pindah ke perusahaan penyedia solusi enterprise, Central Data Tech (CDT), sebelum kembali ke IBM Indonesia.
Dengan pengalaman di berbagai bidang itu, Tan Wijaya dianggap memiliki kapasitas memimpin IBM Indonesia. Tantangannya memang tidak mudah, mengingat solusi enterprise kini mengarah ke teknologi cloud yang pasarnya dikuasai AWS, Microsoft, dan Google.
Kita tunggu saja, bagaimana strategi Tan Wijaya menjawab tantangan ini.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR