Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) resmi meluncurkan Gerakan Nasional 1000 Startup Digital dengan tagline Ignite The Nation di Istora Senayan, Jakarta Pusat, Minggu, 18 Agustus 2019.
Gerakan Nasional 1000 Startup Digital diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
Gerakan Nasional 1000 Startup Digital merupakan program yang telah dilaksanakan sejak beberapa tahun terakhir, dengan menggandeng pemerintah dan stakeholder di bidang teknologi.
Dalam sambutannya, JK mengungkapkan cara menjalankan usaha startup saat ini jauh lebih mudah daripada di era ketika dirinya masih muda.
"Namanya estafet bangsa, cuma caranya yang beda. Zaman dahulu, mesti keliling menjadi salesman. Sepatu menjadi cepat tipis karena harus jalan ke sana sini (untuk berjualan). Sekarang dari rumah sudah bisa mendapatkan pembeli. Lebih beruntung Anda," kata JK.
JK mengajak seluruh generasi muda tidak takut memulai merintis startup dan ia mengimbau anak-anak untuk lebih banyak praktik ketimbang berteori dalam menjalankan startup.
"Menjalankan startup sama dengan belajar berenang. Pengalaman pribadi, sebelum berenang saya banyak baca buku tentang berenang. Setelah itu baru turun ke sungai, langsung saat itu tenggelam. Kemudian, besoknya saya mulai turun dari pinggiran. Dalam tiga hingga empat hari, bisa berenang. Jadi jangan banyak teori. Jalankan saja," ujarnya.
Selain itu, JK juga menekankan pentingnya nilai tambah suatu produk di dalam startup sehingga memberikan keuntungan yang sangat besar.
"Kain dijadikan baju, terigu menjadi kue, dan kayu menjadi kursi. Mesti ada nilai tambah. Jangan Anda hanya mengandalkan komputer, lalu merasa sudah menjadi pengusaha sukses. Tidak bisa seperti itu," kata JK.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengatakan dari 40 ribu startup yang mendaftar, terpilih 800 startup baru yang telah melewati masa inkubasi.
Gerakan Nasional 1000 Startup Digital diharapkan dapat mendorong lebih banyak lagi kelahiran startup dan unicorn.
"Program ini bukan hanya sekadar angka, tapi juga mendorong agar menjadi 1.000, sehingga bisa menghasilkan unicorn tambahan pada masa mendatang," kata Rudiantara.
Di satu sisi, Rudiantara juga mendukung wacana Presiden RI Joko Widodo untuk membentuk kementerian khusus untuk menangani ekonomi digital dan ekonomi kreatif. Kementerian tersebut berfungsi sebagai wadah untuk menaungi startup.
Gerakan Nasional 1000 Startup Digital merupakan program tahunan yang sudah dilaksanakan sejak beberapa tahun terakhir, dengan menggandeng pemerintah dan stakeholder di bidang teknologi.
Pada 2019, Gerakan Nasional 1000 Startup Digital digagas oleh Kominfo dan didukung Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Badan Koordinasi Penanaman Modal, Ristekdikti, dan Kemenpora.
Gerakan Nasional 1000 Startup Digital tahun ini diselenggarakan sebagai rangkaian acara perayaan HUT ke-74 RI.
Mengusung tagline Ignite The Nation, program ini dijadikan momentum perayaan bagi digital milenial Indonesia.
Melalui program ini, Rudiantara berharap jumlah startup bertambah banyak, diiringi pertambahan unicorn dan decacorn.
Untuk diketahui, unicorn merupakan istilah untuk startup yang memiliki valuasi USD1 miliar. Decacorn disematkan bagi startup dengan valuasi USD10 miliar.
Saat ini, Indonesia memiliki tiga unicorn dan satu decacorn. Ketiga unicorn tersebut yaitu Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka. Go-Jek yang sebelumnya menyandang status unicorn, kini melejit menjadi decacorn.
“Kita ingin memantik lebih banyak lagi startup. Jangan hanya berhenti di startup, kami juga memfasilitasi, mengakselerasi agar lebih banyak lagi unicorn di Indonesia,” ujarnya.
Rudiantara optimistis akan lebih banyak lagi startup, pada tahun yang akan datang. “Kalau pada kabinet yang akan datang ada wadah khusus ekonomi digital dan ekonomi kreatif, maka jumlah unicorn dan decacorn akan lebih banyak lagi di Indonesia,” kata Rudiantara.
Dalam mendukungnya, pemerintah juga tidak akan membuat suatu regulasi yang berbelit. Hal itu dinilai akan membatasi kreativitas anak muda.
“Pemerintah akan mengatur kebijakan, regulasinya. Hanya regulasi strategis, jangan diatur detail. Kalau detail, anak muda bilang jadul (lawas),” ujarnya.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR