LAPI ITB (Institut Teknologi Bandung) dan Qualcomm baru saja mengadakan seminar di Jakarta yang berbagi informasi mengenai 5G dengan industri di tanah air. Informasi yang disampaikan pada acara bertajuk "Seminar on Telecommunication in Indonesia on Welcoming 5G Roadmap, Benefit and Challenge" itu seperti manfaat, tantangan, kesiapan ekosistem, serta regulasi 5G di Indonesia serta model bisnis 5G yang potensial untuk Indonesia. Tujuannya tentu untuk membantu industri di tanah air nantinya mengimplementasikan dan memanfaatkan 5G. Sebagai generasi kelima dari nirkabel seluler, 5G menawarkan berbagai kelebihan dari 4G yang banyak digunakan di Indonesia saat sekarang.
"Nah, 5G ini penting di Indonesia karena sekarang ini 5G adalah perkembangan teknologi wireless telecommunication yang mutakhir dan kemudian standar 5G sudah dikeluarkan, 5G Release, 3GPP Release 15 sudah diterbitkan dan kita mengantisipasi terbitnya nanti standar yang berikutnya, Release 16," sebut Nies Purwati (Director Government Affairs for South East Asia & Pacific, Qualcomm).
Beberapa kelebihan yang ditawarkan 5G adalah kecepatan transfer data yang lebih tinggi, latensi yang lebih rendah dan kepadatan koneksi yang lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya. Bila disandingkan dengan IMT-Advanced alias 4G, IMT-2020 alias 5G bisa memberikan throughput sebesar 10 kali, latensi yang menurun 10 kali, dan kepadatan koneksi yang sebanyak 10 kali. Generasi baru ini memang dirancang untuk menghubungkan makin banyak dan beragam perangkat, bukan hanya ponsel pintar. Lebih lengkapnya bisa dilihat di sini.
Namun, sebelum implementasi 5G bisa dilakukan oleh industri di Indonesia, pemerintah Indonesia terlebih dahulu harus menentukan spektrum frekuensi radio yang diperuntukkan untuk 5G di tanah air. Sampai saat ini pemerintah Indonesia belum menetapkan spektrum frekuensi radio tersebut. Qualcomm menyebutkan setidaknya ada tiga pita yang populer, yakni 3.500 MHz, 26 GHz, dan 28 GHz.
Sampai sekarang, pita 3.500 MHz digunakan oleh satelit yang beroperasi di Indonesia. Oleh karena itu, bila pita 3.500 MHz ini diperuntukkan untuk 5G, pemerintah Indonesia harus mengatur pula bagi pakainya ataupun mengalokasi spektrum frekuensi radio untuk satelit ke pita lain. Sementara, untuk yang 26 GHz dan 28 GHz atau pita tinggi lainnya, keputusannya akan diambil pemerintah Indonesia setelah World Radiocommunication Conference 2019 yang akan berlangsung dari 28 Oktober sampai 22 November 2019 di Mesir.
Sekadar informasi, 5G bisa beroprasi pada pita rendah, pita menengah, dan pita tinggi (low-band, mid-band, dan high-band). Yang 3.500 MHz masuk pada pita menengah dan yang 26 GHz serta 28 GHz masuk pada pita tinggi. Frekuensi tinggi seperti 26 GHz dan 28 GHz menawarkan kinerja yang lebih tinggi, tetapi jangkauannya lebih pendek, dibandingkan frekuensi yang lebih rendah seperti 3.500 MHz.
"Pertanyaannya bukan kapan Indonesia siap untuk 5G, tapi Indonesia harus siap. Untuk 5G, kita harus mempersiapkan tidak hanya alokasi spektrum, tapi mulai dari teknologi dasar seperti optical fiber dan kompetensi teknis pembangunan hingga akses pelanggan. Transformasi digital juga bukan hanya tentang teknologi, namun transformasi kultur dan mindset. Beragam isu ini adalah prasyarat-prasyarat, dan pemerintah dan rekan-rekan industri perlu bekerjasama agar 5G yang nanti akan diterapkan di Indonesia benar-benar bermanfaat. Kami membentuk 5G Task Force karena kami ingin mendiskusikan model partnership antara industri dan pemerintah untuk benar-benar mempersiapkan landasan 5G agar investasi kita tepat sasaran dan sukses," ujar Ismail (Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia).
Setelah alokasi spektrum frekuensi radio 5G di tanah air ditentukan oleh pemerintah Indonesia, tidak serta merta implementasi 5G di tanah air dimulai. Masih diperlukan beberapa tahapan sampai akhirnya 5G tersebut terimplementasi di Indonesia. "Ya, ada step-step yang harus dilakuin," jelas Shannedy Ong (Country Manager Indonesia, Qualcomm).
Oleh karena itu, Qualcomm berharap alokasi alokasi spektrum frekuensi radio 5G di Indonesia segera dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Qualcomm pun belum bisa memastikan pada tahun berapa jaringan seluler 5G mulai tersedia untuk masyarakat di tanah air.
KOMENTAR