Di ajang Google Cloud Summit Jakarta 2019, Google memaparkan investasi dan janji bagi pengguna cloud dari kalangan startup maupun enterprise.
Potensi pasar Indonesia terlalu besar untuk tak dihiraukan para pemain bisnis komputasi awan. Menteri Komunikasi dan Informasi, Rudiantara, memaparkan bahwa pada tahun 2023 nanti, Indonesia akan menduduki peringkat ke-16 dunia sebagai negara dengan perekonomian terbesar, di mana Produk Domestik Bruto-nya tembus US$ 1 triliun. Tak hanya berhenti di situ. Indonesia saat ini juga sudah berada di posisi ke-7 terbesar di dunia dari sisi purchasing power parity (PPP).
Dengan kekuatan tersebut, perekonomian Indonesia pada tahun 2030 diprediksi akan sama dengan keseluruhan ekonomi ASEAN saat ini. “Kalau Anda salah mengantisipasi (kondisi) Indonesia sepuluh tahun lagi, Anda ketinggalan kereta!” ujar Rudiantara saat menyampaikan keynote speech di ajang Google Cloud Summit Jakarta 2019 di JIExpo, kemarin (05/09)
Di tahun 2030, Indonesia akan memiliki bonus demografi di mana jumlah penduduk usia produktif akan dua kali lipat dari jumlah penduduk usia non produktif. “Dan aka nada 150 juta consuming class dalam waktu sepuluh tahun lagi, ini tentu pasar yang sangat besar,” tegas Rudiantara.
Tak heran jika para pemain komputas awan global, termasuk Google Cloud, semakin serius menggarap pasar cloud di Indonesia. Tim Synan, Regional Director, Google Cloud Southeast Asia, sekali lagi menegaskan kehadiran Google Cloud Region terbaru (ke-21) di Jakarta yang direncanakan beroperasi pada semester pertama tahun depan.
Region Ke-20 dengan 3 Availability Zone
“Region di Jakarta akan dikonfigurasikan dengan tiga Availability Zone,” jelas Tim. Dengan dukungan 3 Availability Zone di Jakarta, Google Cloud dapat menyediakan beberapa layanan cloud dasar yang umumnya diharapkan pengguna, seperti layanan komputasi, storage, database, dan networking, termasuk di antaranya adalah cloud interconnect. Dengan adanya cloud interconnect ini, pengguna cloud dapat mengekstensi data center yang ada di on-premises ke Google Cloud Platform.
“Kami juga akan menyediakan layanan yang bersifat advanced, seperti Big Query. Layanan data warehouse yang sepenuhnya terkelola di cloud ini merupakan salah satu layanan kami yang popular. Juga akan tersedia Google Kubernetes Engine atau GKE untuk memodernisasi aplikasi yang sudah ada atau membuat software application modern,” Tim Synan memaparkan.
Kehadiran Region Google Cloud di Jakarta merupakan bagian dari investasi infrastruktur Google di seluruh dunia yang nilai totalnya mencapai US$ 47 miliar. Google Cloud saat ini beroperasi secara global dengan dukungan 20 Region dan 61 Availability Zone. “Pada tahun 2013 kami mengalokasikan capex senilai US$13 miliar atau setara dengan jumlah baja yang dibutuhkan untuk membangun 24 stadion seukuran Stadion GBK di Jakarta,” ujar Tim untuk menggambarkan komitmen Google Cloud terhadap bisnisnya maupun pada Indonesia.
Janji Investasi
Tim Synan mengatakan,”Tentu saja investasi kami di Indonesia tidak hanya dengan membangun Region.” Pasalnya Google Cloud percaya bahwa komputasi awan akan berdampak signifikan terhadap perekonomian.
Ia memaparkan hasil survey yang dilakukan bersama Boston Consulting Group. Ada tiga poin penting dari penelitian tersebut. Pertama, public cloud akan berkontribusi hampir sebesar US$ 40 miliar terhadap PDB Indonesia. Kehadiran komputasi awan juga diprediksi akan menciptakan 350 ribu lapangan kerja mulai saat ini hingga tahun 2023 nanti. “Dan 85% dari value creation itu akan dirasakan oleh komunitas digital native, maupun industri telekomunikasi, jasa keuangan, dan lain-lain,”ujarnya.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR