Perusahaan aplikasi Gojek bakal mengakhiri era "bakar uang" karena ujung sebuah bisnis adalah pencapaian profit serta mampu menjalankan usaha secara sehat dan berkelanjutan.
"Setiap perusahaan, termasuk para founder Gojek, juga berkeinginan 3--4 tahun mendatang bisa IPO (initial public offering)," kata Vice President Corporate Affair Gojek Michael Say di Semarang, Senin (21/10/2019).
Ia memberi gambaran betapa besarnya uang yang "dibakar" jika setiap trip Gojek memberikan subsidi (bonus) sebesar Rp 50 saja, sementara setiap bulan ada 100 juta transaksi.
Didampingi Head Regional Corporate Affair Gojek Wilayah Jateng Arum K. Prasojo, Michael menyatakan tekad Gojek untuk menghasilkan laporan keuangan yang "hijau" sebagai syarat untuk IPO.
"Agar bisa IPO, mau tidak mau laporan keuangan kan harus 'hijau' sehingga tidak mungkin terus 'bakar uang'," katanya.
Arum menambahkan dalam menjalankan bisnis agar berkelanjutkan, Gojek harus memperhatikan pilar (mitra) yang lain karena di dalam eksosistem ada kepentingan pengemudi/pengendara, merchants, pengguna, serta pemerintah.
Pihaknya berkeinginan semua mitra tumbuh berkelanjutan dalam platform super app Gojek untuk pelayanan orang (people), barang (things), dan uang (money). Saat ini aplikasi Gojek diunduh 125 juta, lebih dari 300.000 merchants, dan beroperasi di 207 kota dan kabupaten di Indonesia.
Gojek, yang saat ini merupakan perusahaan aplikasi terbesar nomor dua di Asia, juga berekspansi ke Singapura, Filipina, Vietnam, dan Thailand.
Michael menyebutkan layanan Gofood tumbuh pesat karena budaya orang Indonesia memang suka makan.
"Transaksi ayam, geprek saja sepanjang 2018 ada 2,1 juta, belum martabak dan makanan populer lainnya," katanya.
Pemilik Saham
Pemilik saham Gojek adalah para pendiri Gojek dan para investor yang menyuntikkan dana ke Gojek. Ada juga beberapa karyawan awal Gojek yang memilik saham Gojek.
Pendiri Gojek adalah Nadiem Makarim, Kevin Alwi dan Machaelangelo Moran.
Soal investor, NSI Ventures, anak usaha Northstar Group yang didirikan Patrick Waluyo merupakan investor awal Gojek. Perusahaan ini masuk ke Gojek pada 2014 silam. Selain itu ada juga East Ventures yang didirikan oleh Wilson Cuaca.
Pada 2016, Gojek mendapat suntikan dana USD 550 juta yang dipimpin oleh KKR, Warburg Pincus, Farallon Capital, Capital Group Private Markets. Selain itu ada investor Sequoia India, Northstar Group, DST Global, NSI Ventures, Rakuten Ventures dan Formation Group.
Mengutip Crunchbase, Pada 2018, Gojek mendapatkan suntikan dana USD1,5 miliar yang dipimpin oleh Tencent Holdings. Dalam suntikan dana ini ada investor Via ID, Temasek Holdings, Astra International Tbk, Meituan Dianping, JD.com, Hera Capital, Google dan Blibli.
Pada tahun yang sama Gojek kembali mendapatkan suntikan dana USD920 juta dari Tencent Holdings, JD.com dan Google. Setahun kemudian Mitsubishi Motor, Mitsubishi Corporation dan Mitsubishi UFJ Financial Group jadi investor Gojek.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR