Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara dalam beberapa hari ke depan akan melepas jabatannya sebagai Menkominfo.
Meski belum diumumkan siapa penggantinya, Ia berharap Menkominfo selanjutnya bisa menyelesaikan pekerjaan rumah (PR) yang belum ia selesaikan.
Salah satu pekerjaan rumah yang belum selesai adalah konsolidasi operator. Konsolidasi sendiri dilakukan untuk menyehatkan industri seluler dan membuatnya menjadi lebih efisien.
"Kalau menurut saya, (menkominfo berikutnya) mau berlatar belakang politik atau bukan, yang penting bisa 'klik' dengan Presiden dan membangun infrastruktur tanpa henti. Itu yang penting. Kemudian mengembangkan ekosistem ekonomi digital, jangan lupa PR-nya konsolidasi," ungkap Rudiantara.
Ia juga mengatakan bahwa konsolidasi operator memerlukan proses yang panjang, khususnya untuk menemukan kesepakatan dari pemegang saham dan pengendali.
"Perlu waktu terutama di pemegang saham dan pengendali," kata Rudiantara.
Konsolidasi sendiri akan mengurangi jumlah operator seluler yang beroperasi di Indonesia. Meski jumlahnya menjadi lebih sedikit, pasar masing-masing operator akan mengalami kenaikan dari hasil penggabungan bisnis itu.
Terjadilah economy of scale atau penurunan biaya, karena skala yang lebih besar. Konsolidasi juga akan menguatkan posisi tawar operator terhadap vendor perangkat infrastruktur telekomunikasi sehingga bisa menekan biaya lebih lanjut.
Wacana konsolidasi operator seluler sendiri sebenarnya sudah lama terlontar, bahkan berapa tahun sebelum Rudiantara menjabat sebagai Menkominfo dalam Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo.
Sejumlah pelaku industri telekomunikasi sejauh ini juga telah melakukan konsolidasi. Contohnya antara lain PT Smart Telecom Tbk dengan PT Mobile-8 Telecom yang melahirkan PT Smartfren Telecom Tbk, lalu ada pula merger PT XL Axiata dengan PT Axis Telekom.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR