Perjalanan menuju penerapan cloud dan artificial intelligence (AI) bukan hal yang mudah, apalagi jika perusahaan memulai perjalanan tersebut sendirian. Dengan menggandeng mitra yang tepat implementasi dua teknologi yang sedang hype itu tentu akan lebih mudah.
Country Manager Partner & Ecosystem, IBM Indonesia, Novan Adian melihat masih banyak perusahaan yang mencari-cari pola bagaimana roadmap cloud yang tepat. “Oleh karena itu kami melihat perlunya satu partnership antara customer dengan penyedia teknologi bersama business partner-nya,” jelas Novan dalam acara IBM Partner Solutions Summit 2019 beberapa waktu lalu.
Novan menambahkan bahwa IBM dan mitra bisnisnya tidak hanya memberi masukan dan saran, serta dukungan dari sisi teknologi untuk meningkatkan agility pelanggan. “Bahkan kami bisa membantu pelanggan menemukan line of business yang baru, memanfaatkan fleksibilitas yang lebih baik yang diperoleh pelanggan ketika mereka pindah ke cloud,” ujarnya lagi.
Apa lagi IBM memiliki ekosistem partner di mana tiap mitra memiliki pengalaman dan keahlian masing-masing. Misalnya Astra Graphia IT (AGIT) yang merupakan pilar TI di Astra Group. Perusahaan multinasional ini dikenal memiliki lini bisnis di berbagai sektor industri utama.
“Kami membantu klien di bidang digital services dengan empat tema besar, yaitu customer engagement, logistics, distribution and supply chain, productiviy & mobile workforce management,” jelas Hendrix Pramana, Presiden Direktur PT Astra Graphia Information Technology (AGIT).
Kemitraan IBM, Bluebird
Salah satu perusahaan yang sejak lama telah menjalin kemitraan dengan IBM adalah Blue Bird. “Kami membutuhkan partner yang memiliki solusi yang solid, dan IBM memiliki long history di dunia perbankan, pasti solusinya tidak sembarangan,” ungkap Andeka Putra, Chief Information Office, Blue Bird.
Andeka memaparkan kemitraan yang sudah berlangsung sejak Blue Bird menggunakan mainframe IBM sampai saat perusahaan transportasi ini bertransformasi ke cloud. Menurut Andeka, kemitraan dengan IBM tidak lagi sekadar solusi hardware dan software, tetapi business process reengineering untuk melihat apakah proses bisnis di Blue Bird masih relevan atau perlu dioptimalisasi atau bahkan dirombak.
Transformasi Blue Bird ke cloud dimulai dengan memindahkan core system ERP ke IBM Cloud. “Sistem reservasi juga semua sudah di cloud. Sistem-sistem lain pun saat ini sedang kami pindahkan secara bertahap. Kami punya lebih dari 200 aplikasi yang tersebar baik di kantor pusat maupun di pool-pool kami,” Andeka menambahkan.
Cloud Membantu Inovasi
Menurutnya, kehadiran cloud sangat membantu Blue Bird karena cloud memungkinkan perusahaan lebih memfokuskan diri pada solusi dan inovasi yang aplikatif bagi bisnis. Salah satu inovasi yang sudah dalam tahap piloting saat ini adalah fitur Heatmap pada aplikasi mobile pengemudi.
Fitur yang disebut Andeka Putra telah meningkatkan pendapatan pengemudi sebesar 14% itu memungkinkan pengemudi mengidentifikasi lokasi-lokasi dengan demand penumpang yang tinggi. “Kami punya mimpi ibaratnya pengemudi keluar dari pool benar-benar langsung tahu mereka harus kemana (mencari penumpang),” jelasnya. Fitur ini dikembangkan dengan berbagai jenis data yang dimiliki Bluebird maupun data eksternal dan teknologi AI.
Contoh inovasi lainnya yang digagas Blue Bird adalah IoT. Andeka memaparkan bahwa taksi Blue Bird dengan perangkat IoT sudah diluncurkan bulan Oktober lalu. “Blue Bird menargetkan roll out IoT sampai Q1 2020 sebanyak 25000 unit. Kami mulai di Cilegon, Semarang, Surabaya, Bandung, dan beberapa kota lain. Akhir tahun ini juga kita rencanakan sudah masuk Jakarta,” jelas Andeka.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR