Microsoft memfokuskan pada hybrid cloud untuk mempercepat adopsi komputasi awan dan mendorong transformasi digital di berbagai kawasan, termasuk di Indonesia.
Menjawab pertanyaan tentang kemungkinan membangun availability zone Microsoft Azure di Indonesia, Presiden Direktur Haris Izmee mengatakan, Microsoft selalu mencari cara-cara yang berbeda untuk terus meningkatkan skalabilitas infrastruktur cloud karena Microsoft adalah cloud company. Microsoft pun akan terus meninjau berbagai pasar di dunia untuk terus meningkatkan dan memperluas infrastruktur cloud-nya.
CEO Microsoft, Satya Nadella, pernah berujar bahwa Microsoft agresif berinvestasi untuk mengembangkan Azure menjadi komputer dunia (the world’s computer). Salah satu “buah” dari investasi besar-besaran itu adalah global data center footprint yang mencakup 54 region.
“Kami sudah memiliki infrastruktur terbesar di dunia karena jumlah semua infrastruktur cloud kami bila digabungkan masih lebih besar daripada gabungan infrastruktur cloud semua kompetitor kami,” ujar Haris.
Strategi lain yang diterapkan Microsoft adalah membangun “jalan” menuju cloud via teknologi hybrid. Dengan cara ini Microsoft menawarkan nilai berupa kemudahan dan kenyamanan bagi pelanggan untuk berpindah dari on-prem ke cloud atau sebaliknya.
Teknologi hybrid Microsoft yang utama adalah Azure Stack. “Azure Stack membekal teknologi hybrid cloud di mana secara fisik Azure Stack ada di Indonesia, di dalamnya ada teknologi Azure dan bisa terkoneksi ke Azure global,” papar Haris Izmee.
Dengan Azure Stack, perusahaan akan merasa tenang karena data-data yang penting bagi bisnis bisa tetap berada di Indonesia, sesuai regulasi yang ada. Namun ketika data-data itu perlu sumber daya komputasi tinggi untuk pemrosesan, misalnya untuk kebutuhan analytics atau AI, perusahaan bisa menggunakan layanan yang ada di Azure global.
“Azure Stack akan membantu pelanggan kami memperoleh the best of both worlds (on-prem dan cloud). Data ada di on-premises tapi bisa pakai fitur-fitur advanced yang ada di public cloud. Dan ini sudah kami terapkan di acara Asian Games lalu, data atlet tetap di server di Indonesia, tapi semua analytics dan AI dari public cloud,” papar Haris Izmee.
Ia menambahkan bahwa sejak sekitar 1,5 tahun lalu enam dari mitra bisnis Microsoft di Indonesia sudah mengoperasikan data center dengan teknologi Azure di dalamnya. Dan sekarang ditambah lagi dengan ketersediaan layanan Edge Node dan ExpressRoute yang akan meningkatkan latency dan meningkatkan kualitas layanan-layanan tertentu dari Azure yang diakses pelanggan di Indonesia.
“Kami lebih mendorong ke arah hybrid cloud karena kami sangat yakin ini 100 persen compliant dengan aturan-aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. (Strategi) ini juga kami lakukan di berbagai negara di dunia, bukan hanya di Indonesia,” imbuh Haris.
Untuk memperluas ekosistem cloud-nya, Microsoft juga menjalin kemitraan dengan vendor-vendor teknologi lainnya, termasuk para penyedia teknologi opensource. “Kami bermitra, antara lain, dengan Red Hat, SAP, Adobe, VMware dan banyak lagi,” ujar Haris Izmee.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR