Pengembang aplikasi asal Indonesia menyatakan ketertarikannya untuk menyertakan aplikasi buatan mereka ke dalam toko aplikasi Android milik Huawei, yakni AppGallery.
Menurut mereka, layanan tersebut memiliki potensi yang besar khususnya di Indonesia. Langkah tersebut dilakukan karena smartphone Huawei kini tidak lagi dapat menggunakan layanan Google Mobile Services (GMS) karena imbas dari pemboikotan yang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat.
Alhasil, Huawei kini mengembangkan Huawei Mobile Services (HMS) sebagai alternatif dari GMS. Salah satu layanan dari HMS adalah AppGallery.
Layanan ini mirip dengan Google Play Store di mana pengguna bisa mengunduh dan memasang beragam aplikasi pada ponsel Huawei milik mereka.
Layanan ini juga boleh dibilang sebagai pengganti Google Play Store yang tidak hadir pada smartphone Huawei.
Untuk dapat masuk ke dalam AppGallery, aplikasi yang dikembangkan harus disesuaikan agar kompatibel dengan HMS.
Dalam acara ini, dua pengembang aplikasi asal Indonesia, yakni Ovo dan Blibli tertarik untuk turut menyertakan aplikasi milik mereka ke dalam AppGallery Huawei.
Alasannya sama, karena untuk beralih dari GMS ke HMS tidaklah terlalu sulit. Romin Adi Santoso, salah satu pengembang aplikasi Ovo mengatakan bahwa pihaknya tidak perlu melakukan banyak konfigurasi khusus agar aplikasi Ovo bisa masuk ke dalam AppGallery.
Menurut dia, untuk beralih dari GMS ke HMS hanya butuh sedikit penyesuaian.
"Huawei juga market leader di sini. Integrasinya juga tidak susah. Hanya tinggal alokasi waktu aja. Jadi ya nothing to lose," ungkap Romin di Singapura.
Ia pun mengatakan meski Huawei kerap diterpa isu keamanan, pihak Ovo tidak melihat adanya potensi masalah dari sektor keamanan.
"Gak susah sebenernya. Karena kita tidak terlalu banyak menggunakan GMS, jadi porting-nya juga tidak banyak. Ini sudah didiskusikan dengan tim, tinggal masalah mau eksekusi saja," lanjutnya.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Cakrawala |
KOMENTAR