Vivo Mobile Indonesia menyebut ponsel Vivo seri Y yang paling banyak menyumbangkan keuntungan untuk perusahaan karena hape itu menargetkan konsumen kelas menengah.
Meski begitu menurut Product Manager Vivo Mobile Indonesia Ricky Bunardi, seri ponsel lain seperti seri S, V, dan Z juga menambah total pendapatan mereka.
"Kalau presentasinya, kebanyakan total [keuntungan] di seri Y. Kami terus mengembangkan seri ini ada beberapa inovasi yang sudah kita lakukan," kata dia kepada awak media usai Year End Gathering Vivo Mobile Indonesia di Hotel Pullman Jakarta.
"Tetapi dengan hadirnya seri-seri yang lain seperti seri S, V, dan Z menambah akumulasi pendapatan lebih banyak lagi," lanjut Ricky.
Seri Y terakhir kali diluncurkan Juli 2019 yakni Vivo Y15 dan dibanderol Rp2,5 juta. Ponsel ini dilengkapi prosesor octa-core dengan desain 12nm yang lebih efisien dalam penggunaan daya, serta kecepatan hingga 2.0GHz.
Ponsel ini hadir dengan rangkaian fitur unggulan seperti kapasitas baterai super besar 5.000 mAh, AI Triple Rear Camera dan Ultra All Screen Display, serta memori
internal besar 64GB.
Kamera belakang Vivo Y15 menggunakan tiga kamera. Kamera utama beresolusi 13MP, kamera kedua 8MP dengan bukaan f/2.2 bersudut lebar 120 derajat, dan kamera untuk mengukur kedalaman foto sebesar 2MP bukaan f/2.4. Kamera depan, vivo Y15 didukung kamera depan beresolusi 16MP.
Ditanya proyeksi 2020, Ricky mengatakan tahun depan perusahaan akan menyasar segmen millenial. Sebab, dia menilai mereka suka vlogging, artinya fitur kamera depan akan dimaksimalkan oleh perusahaan.
"Kalau yang kita lihat, segmentasi millenial suka vlogging dan itu akan menjadi tren. Yang pasti generasi muda pasti akan selalu aktif dan dinamis," imbuhnya.
"Maka kita mencoba untuk membuat ponsel yang memenuhi kebutuhan itu tadi karena fotografi kita juga cukup bagus," pungkas Ricky.
Genjot Produksi
Vivo menyatakan bakal menambah kapasitas produksi ponsel di Indonesia, dari ratusan ribu unit menjadi jutaan unit.
Kenaikan permintaan terhadap smartphone Vivo di Indonesia menjadi alasan vendor smartphone ini untuk menambah kapasitas produksinya.
Kenaikan angka pangsa pasar Vivo menjadi indikasi meningkatnya minat konsumen pada smartphone Vivo. Ini terungkap dari laporan dua firma riset internasional, Canalys dan IDC.
"Ekspansi pabrik untuk meningkatkan kapasitas produksi, Vivo lakukan sebagai jawaban atas tantangan demand produk yang semakin tinggi," ujar Senior Brand Director Vivo Indonesia Edy Kusuma.
Kapasitas produksi pabrik Vivo di Indonesia pada 2019 ini diklaim telah mencapai ratusan ribu unit. Sementara dengan ekspansi pabrik dan karyawan, target produksi pada 2020 dikatakan mencapai jutaan unit.
Pabrik Vivo di Indonesia sendiri berada di Cikupa, Tangerang, Banten yang dibangun sejak 2016. Pabrik itu menjadi salah satu dari tiga pabrik Vivo terbesar di dunia, selain China dan India.
Smartphone-smartphone Vivo yang diproduksi di Indonesia juga telah memenuhi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), contohnya adalah Vivo S1 Pro yang kandungan lokalnya diklaim mencapai 32 persen.
Seperti disebut di atas, peningkatan kapasitas produksi ini menjawab permintaan pasar yang terus meningkat. Diketahui, dua firma riset pasar, Canalys dan IDC menyebut pengiriman smartphone Vivo di Indonesia mengalami peningkatan.
Firma riset Canalys menyebutkan dalam riset Canalys Pulse Market Smartphone in Q3 2019, pengiriman smartphone Vivo naik sebesar 74 persen, dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu.
Vivo tercatat melakukan pengiriman ponsel 1,9 juta unit pada kuartal III tahun ini. Sebelumnya pada kuartal III-2018, jumlah pengiriman ponsel Vivo di Indonesia adalah 1,1 juta unit.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR