Penulis: Helen Masters, Senior Vice President & General Manager, Asia Pacific, Infor
Tak sedikit orang yang langsung menjelekkan AI, machine learning, dan teknologi pintar lainnya, tapi teknologi tersebut nyatanya vital dalam membantu menyelesaikan persoalan di dunia kerja.
Seiring perubahan cepat di dunia ketenagakerjaan, statistik menjukkan jumlah populasi di Indonesia akan meningkat dalam beberapa tahun ke depan. Implementasi dan pengetahuan tentang AI (Artificial Intelligence) akan dibutuhkan.
Jumlah pengguna internet di Indonesia adalah salah satu yang tertinggi di dunia, tapi tingkat penetrasi internet sendiri baru mencapai 53,7%. Karena celah inilah, Morgan Stanley memperkirakan ekonomi digital Indonesia baru akan mencapai US$2,7 miliar pada tahun 2027.
Teknologi-teknologi yang ada dapat mengotomatisasi separuh dari jumlah pekerjaan di Indonesia. Namun bukan berarti perusahaan akan mengganti pekerja manusia dengan mesin dalam sekejap hanya karena alasan kelayakan dari sisi teknis. Meski AI akan menjadi bagian dari masa depan digital Indonesia, ada kegelisahan yang tumbuh bahwa AI akan berdampak disruptif terhadap pasar tenaga kerja.
Meski tak sedikit yang langsung menjelekkan AI, machine learning, dan teknologi pintar lainnya, berbagai teknologi itu nyatanya vital dalam membantu menyelesaikan persoalan di dunia kerja ini. AI adalah tool yang dapat mencari, memeriksa, dan mengidentifikasi kandidat yang tepat untuk pekerjaan yang tepat pula, secara mandiri menangani perencanaan tenaga kerja dan memberi ruang pada para eksekutif untuk lebih memerhatikan aspek-aspek yang lebih “manusiawi” dari pekerjaan mereka, misalnya memberi umpan balik, mengelola, dan sebagainya.
Kemampuan AI, bila ditambahkan pada teknologi enterprise, dapat memastikan tugas-tugas manual, seperti pengumpulan data, tidak lagi menjadi tugas karyawan. Sebaliknya, karyawan bisa memfokuskan waktunya untuk mengerjakan aktivitas yang lebih bernilai, dan pada akhirnya, memaksimalkan potensi kerja manusia.
Beberapa area di bidang Personalia siap untuk tidak sekadar terpengaruh, tapi menjadi lebih baik, melalui integrasi dengan teknologi pintar. Inilah beberapa di antaranya.
Pemeriksaan/Vetting.
Saat sebuah lowongan ditayangkan secara daring, pertanyaan pun akan membanjir masuk. Bahkan sebelum melihat data dan dokumen-dokumen milik pelamar kerja, AI dapat memanfaatkan natural language processing (NLP) untuk mengotomatisasi respons kepada kandidat yang potensial. Mungkin ada yang tertarik tapi ingin memperoleh informasi lebih banyak tentang pekerjaan yang ditawarkan, atau ada juga yang ingin melamar tetapi hanya bisa diwawancarai via telpon karena kendala lokasi. AI dapat dengan mudah membaca catatan-catatan semacam ini dan membalasnya menggunakan bahasa dan jawaban yang sudah ditetapkan.
Sourcing
Kandidat sempurna terkadang bisa ditemukan pada sumber-sumber daring, seperti LinkedIn dan Indeed. Namun menyaring kandidat dari sumber yang begitu massif tentu akan memakan waktu dan menjadi tidak produktif. Teknologi automasi, dengan memrogram kata dan frasa kunci, dapat memindai job board daring. Pencarian dengan kata-kata kunci tersebut akan membantu memilah kandidat yang sudah memiliki pengalaman yang tepat.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR