Kapitalisasi pasar saham Alphabet menyentuh angka USD1 triliun (Rp 13.653 triliun), menjadikan perusahaan induk Google itu perusahaan keempat yang menancapkan tonggak sejarah di pasar saham.
Selama tiga bulan terakhir, saham raksasa pencarian internet itu naik hampir 17% melampaui reli dalam indeks S&P 500 selama periode yang sama sebesar 6 poin persentase.
Pencapaiannya membuat Alphabet bergabung bersama Apple, Amazon.com dan Microsoft sebagai perusahaan AS yang mencapai nilai pasar USD 1 triliun.
"Google adalah saham yang tidak akan membuat anda dipecat," kata Kevin Landis, manajer portofolio di Firsthand Funds. "Apakah saya dapat menggandakan uang saya di saham ini dari sini? Saya tidak yakin tentang itu," katanya, seperti dilansir dari Reuters, Jumat (17/1/2020).
Analisis Goldman Sachs mengatakan bahwa saham Alphabet merupakan salah satu di antara sekelompok kecil saham yang banyak digunakan sebagai aset dasar reksa dana dan buat lindung nilai (hedging). Namun Itu bisa membuat saham perusahaan gampang berubah jika sentimen tiba-tiba berubah.
Terlepas dari kekhawatiran itu, banyak investor merasa sulit untuk melewatkan kesempatan untuk berinvestasi di saham ini. Kenaikan harga saham sebesar 28% telah membantu manager investasi membukukan keuntungan tinggi pada 2019.
Manajer portofolio BMO Large-Cap Growth Fund, Ernesto Ramos yang memegang saham perusahaan, melihat bisnis iklan yang dijalankan perusahaan membuat valuasi Alphabet akan berada di atas rata-rata.
Alphabet akan mempublikasikan laporan keuangan kuartal IV-2019 pada 3 Februari 2020. Diperkirakan kinerjanya melampaui etimasi analis.
CEO Alphabet dan Google
Google dan Alphabet melakukan perampingan pimpinan kedua perusahaan. Jika sebelumnya Alphabet dan Google memiliki CEO masing-masing, maka kini keduanya di bawah satu CEO.
Sundar Pichai yang telah menjabat sebagai CEO Google, kini juga memiliki peranan sebagai CEO Alphabet, perusahaan induk Google yang didirikan lewat restrukturisasi pada 2015.
Hal itu disampaikan oleh CEO Google Sundar Pichai dalam memonya yang disebar ke karyawan, Selasa (3/12/2019).
"Alphabet dan Google tidak lagi membutuhkan dua CEO dan seorang presiden," tulis Sundar Pichai dalam blog resmi Google.
Pichai menggantikan Pendiri Google Larry Page yang mundur dari jabatannya sebagai CEO Alphabet. Selain Page, pendiri Google lainnya, Sergey Brin, juga mundur dari posisi sebagai Presiden Alphabet.
Jabatan presiden kini ditiadakan dari perusahaan. Pichai akan menjadi eksekutif yang bertanggung jawab dan akuntabel memimpin Google, mengatur investasi Alphabet dalam portofolio Other Bets yang berisi unit-unit usaha lain.
Pichai menegaskan bahwa transisi ini tidak memengaruhi struktur Alphabet atau hal-hal yang sedang dikerjakan.
Pichai juga berterima kasih kepada para pendiri Google yang memberikan kesempatan untuk memberikan pengaruh kepada dunia. Hal itu, menurut dia, menjadi fondasi kuat untuk terus maju.
"Saya tak sabar untuk perjalanan selanjutnya, dan terus bersama Anda di sepanjang perjalanan," tulis Pichai.
Sebelum menjadi chief executive, pria kelahiran India yang kini berusia 47 tahun itu sempat menduduki sejumlah jabatan tinggi di Google. Ia sebelumnya menjabat sebagai Kepala Divisi Chrome dan Android di Google.
Pichai bergabung ke Google pada 2004. Kala itu ia bertugas mengembangkan produk dan software buatan sang raksasa internet. Daftar produk yang ditanganinya mencakup Chrome, Chrome OS, Gmail, Google Maps hingga Google Drive.
Karier Pichai moncer di Google. Pada tahun 2013 ia dipercaya untuk memimpin pengembangan sistem operasi Android menggantikan Andy Rubin yang kala itu berencana pindah untuk menjadi CEO Microsoft.
Pada tahun 2015 lalu ketika Alphabet lahir, Pichai didaulat sebagai CEO Google. Kini, dengan adanya perampingan di pucuk pimpinan Alphabet, ia naik jabatan menduduki posisi tertinggi di induk perusahaan Google tersebut.
Sebagai CEO Alphabet sekaligus CEO Google, Pichai akan menjadi eksekutif yang bertanggung jawab dalam memimpin Google, serta mengatur investasi Alphabet dalam portofolio Other Bets yang berisi unit-unit usaha lain.
Source | : | Reuters |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR