Plt. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Gogot Suharwoto mengatakan saat ini teknologi masih sulit masuk di ruang-ruang kelas untuk pembelajaran.
Hal ini faktor utamanya adalah masih rendahnya kompetensi guru dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau dengan kata lain gagap teknologi (gaptek)
Gogot menyebut kompetensi TIK jumlah guru yang akrab dengan teknologi tak sampai 50 persen dari total guru yang ada. Itu terlihat dari pemetaan teranyar yang pihaknya lakukan.
Ia menyebut pemetaan tersebut mengadopsi sistem yang diterapkan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) yaitu ada empat level, level satu ICT literasi, atau literasi Teknologi, Informasi, Komunikasi.
Kedua, level ketika guru sudah mampu mengoperasikan dan mengaplikasikannya dengan mudah. Level ketiga adalah level ketika guru sudah bisa membuat konten sendiri. Level keempat, guru sudah mampu menjadi trainer.
"Hasil pemetaan kami dari 28 ribu (guru) ternyata yang menguasai level 1 baru yang lolos 46%. jadi memang kendala utama kompetensi menguasai masih di bawah 50 persen," jelas kata Gogot di sela-sela EduTech Expo 2020 dengan tema "Transforming The Future of Indonesia Education", di JCC Senayan, Jakarta, Kamis, 6 Februari 2020.
Sementara untuk level kedua baru 14 persen yang bisa lolos.
"Jadi yang mampu menguasai teknologi itu baru 14-46 persen saja. Masih kurang, jadi kendala utamanya kompetensi guru terbatas," terangnya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyebut teknologi di bidang pendidikan mengalami ketertinggalan dibandingkan dari perkembangan teknologi bidang finance maupun e-commerce.
Untuk itu pihak Kemendikbud telah menyusun strategi untuk mengejar ketertinggalan tersebut.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR