Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jika Gojek dan Grab setara dengan sembilan bahan pokok atau sembako dalam menentukan tingkat inflasi di Indonesia.
Kedua aplikasi transportasi online itu kini termasuk ke dalam komponen baru indeks harga konsumen (Consumer Price Index/CPI) karena pertumbuhannya yang signifikan.
Selain Gojek dan Grab, BPS juga memasukkan sejumlah komoditas baru lainnya seperti aksesoris ponsel, powerbank, dan jasa penitipan anak.
"Ada 98 jumlah komoditas baru yang sekarang banyak di masyarakat, antara lain powerbank sampai Gojek dan Grab," kata Kepala BPS Suhariyanto di Jakarta.
Selain itu, BPS juga menambah 8 kota baru dalam perhitungan inflasi mulai 2020. Saat ini ada 90 kabupaten/kota yang masuk dalam perhitungan inflasi, terdiri dari 34 ibu kota provinsi dan 56 kabupaten/kota.
Indonesia mencatat nilai inflasi tahunan 2,68 persen pada Januari 2020 menggunakan formula baru, yang memakai 2018 sebagai tahun dasar CPI. "Kami memasukkan harga di sektor berbagi tumpangan, contohnya, tapi tak lagi menghitung (harga) barang yang tidak relevan lagi," tutur Suhariyanto.
Meski begitu, angka inflasi tak bisa dibandingkan dengan nilai pada Desember 2019 (2,72 persen) karena formula perhitungannya berbeda. "Tapi itu tidak secara signifikan memengaruhi tingkat inflasi tahun ini daripada tahun-tahun sebelumnya," jelasnya.
Baik Grab dan Gojek, pemimpin pasar berbagi tumpangan Asia Tenggara, tak menunjukkan tanda perlambatan pertumbuhan. Belum lama ini, Grab merilis layanan roda dua di Lembah Klang Malaysia secara terbatas. Perusahaan itu juga menawarkan layanan mobil elektrik di Jakarta dengan menggandeng Hyundai.
Gojek akhir tahun lalu dilaporkan membeli lima persen saham Blue Bird. Perusahaan besutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makariem itu juga bakal memperluas layanan transportasi di Singapura dengan menggandeng Trans-Cab.
Sebelumnya diberitakan, Ketua Presidium Nasional Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Indonesia Igun Wicaksono mengaku idealnya tarif ojek online naik sebesar 10 persen. Dengan persentase sebesar itu, ia berjanji layanan dari mitra pengemudi atau driver ojol meningkat supaya penumpang merasa nyaman.
"Kami sudah menghitung kemampuan bayar dan kemauan penumpang. Kami juga mempertimbangkan biaya modal dan operasional. Keluarlah angka 10 persen. Itu maksimal. Tapi kembali lagi kami serahkan semua ke regulator (Kementerian Perhubungan)," kata dia.
Namun, Kementerian Perhubungan menyarankan jika tarif ojek online naik hingga 25 persen. Artinya, tarif batas bawah di wilayah Jabodetabek bisa mencapai Rp2.500 per kilometer dari sebelumnya Rp2.000 per kilometer.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR