Peredaran hoaks dan informasi menyesatkan (misleading) begitu banyak di media sosial, tak terkecuali di Twitter. Platform mikroblogging ini kini tengah menguji coba fitur baru untuk meredam persebaran informasi sesat.
Nantinya, informasi atau kicauan misleading yang diunggah politisi dan tokoh publik lain, akan diberi label warna oranye. Di dalamnya akan tertulis keterangan bahwa:
"Laporan Komunitas Twitter mengidentidikasi twit ini melanggar kebijakan komunitas karena memuat informasi yang sangat menyesatkan. Peredaran twit ini akan dikurangi," tulisnya.
Label itu akan diikuti oleh pelurusan informasi yang telah diverifikasi oleh tim cek fakta dan jurnalis dengan lencana bewarna hijau di sisi kanan username. Dalam salah satu tangkapan layar yang dihimpun Engagdet.
Ada beberapa contoh penerapan fitur ini. Salah satunya twit yang pernah diunggah politisi AS, Bernie Sanders tentang penjualan senjata api di negaranya. Di bawah twit langsung tersemat label peringatan bahwa twit tersebut menyesatkan. Diikuti beberapa verifikasi dari tim cek fakta dan tautan berita dari media.
Twitter mengatakan, fitur ini adalah salah satu implementasi dari kebijakan anti-misinformation yang akan diterapkan mulai 5 Maret nanti. Pada tanggal tersebut, Twitter juga akan melarang konten bermuatan deepfakes. Deepfakes adalah teknologi yang memanfaatkan kecerdasan buatan untuk mengubah wajah seseorang dalam video menjadi wajah orang lain, semisal tokoh-tokoh besar.
Teknologi ini juga cukup meresahkan karena bisa memanipulasi informasi dan disalahgunakan untuk menyebarkan berita palsu.
"Kami mengeksplorasi berbagai cara untuk menangkal misinformasi dan memberikan lebih banyak konteks untuk twit di Twitter," jelas perwakilan Twitter.
Sistem pelabelan kicauan ini juga akan diperluas dengan memberikan poin dan lencana bagi pengguna yang membantu melaporkan twit menyesatkan.
Dalam demonya, Twitter menunjukan bahwa pengguna bisa memberikan peringkat seberapa menyesatkan twit seseorang dengan skala penilaian 1-100. Mereka kemudian harus menilai berapa banyak orang yang akan menjawab dengan cara yang sama.
"Desain ini dibuat sebagai salah satu opsi yang akan melibatkan umpan balik dari pengguna," jelas Twitter.
Kabarnya, Twitter telah mengembangkan fitur peredam hoaks dan disinformasi sejak tahun 2017.
Source | : | Engadget |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Cakrawala |
KOMENTAR