Industri perbankan sangat rentan mendapat serangan siber mengingat industri ini menjadi tempat uang "berkumpul". Para penjahat siber pun terus mencari celah keamanan untuk mengeksploitasi kelemahan sistem keamanan perbankan.
Lukman Hadiwijaya (EVP Enterprise Security BCA) mengatakan umumnya para penjahat siber tidak akan menyerang sistem keamanan bank karena bank memiliki sistem keamanan yang canggih, berlapis dan sulit dibobol.
"Hacker bobol sistem keamanan bank itu ibarat buka pintu tapi ada pintu lain sehingga sulit dibobol," katanya dalam ajang DataSecurAI 2020.
Sebagai gantinya, hacker akan menyerang nasabah bank yang tidak semua memiliki kesadaran pentingnya keamanan. Misal, tidak semua pengguna yang meng-update sistem keamanan aplikasi perangkat smartphonenya dan menginstal anti virus.
"Para penjahat siber akan mengincar korban yang paling lemah yaitu nasabah. Nasabah adalah level paling lemah," ujarnya.
Karena itu, BCA pun telah memiliki perangkat dan solusi artificial intelligence atau kecerdasan buatan yang dapat membaca kebiaasan pengguna dan mengetahui fraud yang terjadi di sistemnya.
Kecepatan AI itu pun membantu BCA untuk memberikan solusi pengamanan yang cepat dibanding jika menggunakan cara manual.
"Teknologi AI kami mampu membaca kebiasaan para karyawan di kantor. Misal, ada komputer di kantor jam 12 malam nyala, ini bisa mengindikasikan adanya fraud. Secara transaksi, AI juga bisa membaca transaksi-transaksi yang fraud. Misal, orang yang biasa bertransaksi dalam jumah kecil tetapi tiba bertransaksi dalam jumlah besar dan masif, ini juga bisa mengindikasikan fraud," ujarnya
Tentunya, BCA akan terus mengembangkan teknologi AI-nya sehingga transaksi digital konsumen lebih aman dan terjamin. BCA melihat solusi AI memberikan manfaat yang besar untuk mencegah adanya fraud atau kebocoran data. Jika kebocoran data terjadi, maka reputasi perusahaanlah yang akan jatuh.
"Penggunaan AI jauh lebih efisien dan terbukti mengatasi fraud," ujarnya.
Ancaman siber lainnya di sektor perbankan adalah malware dan social engineering yang memanfaatkan kelemahan nasabah.
DataSecurAI 2020
DataSecurAI 2020 merupakan acara Summit terbesar di awal tahun 2020 yang membahas tentang artificial intelligence (AI), Data Analytics, Cyber Security, Clouds & Fintech yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC), Merak Room, Basement Lower Lobby pada 4 Maret 2020.
“Jika DataGovAI tahun lalu, mengundang Global, Regional, Domestik Speakers dari 14 negara lebih, maka karena adanya CoVID 19, Data SecurAI 2020 menghadirkan 99% pembicara Domestik dari Indonesia, khususnya Jakarta agar menjadi aman dan mudah bagi para peserta dan pembicara,” kata Ketua Asosiasi Big Data & AI (ABDI) Rudi Rusdiah.
"Dunia sedang memasuki perubahan global yang sangat besar karena ledakan Internet dan Data dan juga meningkatnya peranan AI (Artificial Intelligent), yang mungkin sangat bermanfaat sekaligus mengganggu, mendisrupsi dan mengubah hidup kita, perusahaan bahkan Pemerintah,” kata Ketua Asosiasi Big Data & AI (ABDI) DR. Rudi Rusdiah.
Pada kesempatan berbeda, Rudi Rusdiah menyampaikan, mengenai isu-isu strategis yang dibahas, antara lain RegTech (Regulatory Technology) menjadi isu strategis terutama didunia Financial dan Monetory Perbankan, karena dengan semakin gencarnya Digital Transformasi dan Disrupsi di dunia Financial Perbankan, maka dunia Cybercrime juga ikut meningkatkan kemampuan para hackers dan crackers untuk melakukan penetrasi, fraud dan lainnya, sehingga regulator juga harus meningkatkan kemampuan di teknologi regulasi dan data governance, meliputi KYC, AML, Perlindungan Data Privacy dan Proteksi Data Entreprise.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR