Cloud gaming adalah gaming alias bermain gim yang setidaknya sebagian sumber daya pentingnya berada di cloud dan bukannya di komputer lokal.
Cloud gaming ini menyerupai video streaming, cloud storage, dan sejenisnya, tetapi untuk bermain gim.
Ada beberapa jenis cloud gaming, tetapi dalam artikel ini InfoKomputer fokus ke yang komputer lokalnya lebih berfungsi seperti thin client.
Gim yang ditawarkan oleh penyedia layanan cloud gaming pun beragam, mulai dari yang kasual sampai yang AAA dan butuh sumber daya tinggi.
Begitu pula dengan biaya berlangganan layanannya. Sebagian dari gim yang bisa dimainkan memanfaatkan layanan cloud gaming, juga merupakan gim yang harus dibeli terlebih dahulu dari pihak lain, seperti halnya membeli gim untuk dimainkan secara konvensional.
Adapun pasar dari cloud gaming secara global terus bertumbuh. Menurut IMARC yang menawarkan laporan riset pasar dan layanan konsultasi, pasar cloud gaming secara global adalah sebesar US$802 juta pada tahun 2018.
Pasar tersebut diperkirakan IMARC akan bertumbuh menjadi US$2,579 miliar pada tahun 2024 yang akan datang. Sebagian pihak memang mengklaim cloud gaming ini mulai menjadi tren.
Apalagi nama besar seperti Google dan Microsoft juga sedang mengembangkan layanan cloud gaming-nya masing-masing, yakni Stadia dan Project xCloud.
Kelebihan dan Kekurangan Cloud Gaming
Dibandingkan bermain gim secara konvensional yang sumber daya pentingnya tersedia di komputer lokal, cloud gaming menawarkan beberapa kelebihan. Setidaknya terdapat empat kelebihan dari cloud gaming seperti berikut ini.
1. Komputer Lokal Tidak Perlu Berspesifikasi Tinggi
Komputer lokal yang digunakan pengguna tidak perlu memiliki spesifikasi yang tinggi karena lebih sebagai alat penampil dan alat pencatat input saja.
Pengolahan yang utama dilakukan di cloud karena aneka sumber daya penting berada di sana.
Komputer lokal misalnya tidak perlu memiliki CPU, memori utama, dan GPU yang bertenaga.
Sejalan dengan itu, pengguna juga tidak perlu sering-sering memperbarui komputer lokalnya dengan yang baru yang memiliki spesifikasi lebih tinggi.
2. Gim Bisa Dimainkan di Banyak Perangkat Berbeda
Suatu gim bisa dimainkan di berbagai perangkat dengan aneka sistem operasi berbeda selama didukung oleh layanan cloud gaming yang digunakan.
Gim tersebut contohnya bisa dimainkan di notebook, ponsel pintar, bahkan smart TV.
Pengguna pun bisa meneruskan permainannya meski berpindah ke perangkat berbeda karena save game-nya disimpan di data center layanan cloud gaming bersangkutan.
3. Gim Baru Bisa Segera Dimainkan
Gim baru yang ingin dimainkan untuk pertama kalinya bisa segera dimainkan oleh pengguna tanpa perlu menunggu lama.
Bila bermain gim secara konvensional, pengguna terlebih dulu perlu untuk menunggu gim bersangkutan selesai diunduh sepenuhnya ke komputer lokal baru kemudian bisa dimainkan.
4. Gim Senantiasa Versi Terkini
Karena berada di cloud, sewajarnya gim-gim yang tersedia lebih mudah mendapatkan pembaruan sehingga seharusnya senantiasa memiliki versi terkini.
Namun, cloud gaming tentunya juga memiliki kekurangan dibandingkan bermain gim secara konvensional. Setidaknya ada empat pula kekurangan dari cloud gaming seperti di bawah ini.
1. Butuh Koneksi Internet dengan Throughput Tinggi dan Stabil
Karena aneka sumber daya penting tersedia di cloud dan bukannya di komputer lokal, hasil pengolahan seperti gambar gim yang di-render perlu dihantarkan dari cloud melalui internet untuk ditampilkan di komputer lokal.
Oleh karena itu cloud gaming membutuhkan koneksi internet yang memiliki throughput tinggi dan stabil.
Jika, throughput rendah, dibutuhkan waktu lebih agar hasil pengolahan seperti gambar gim yang di-render tadi sampai ke komputer lokal untuk ditampilkan. Permainan pun akan menjadi tersendat.
Begitu pula bila koneksi internetnya memiliki throughput yang tidak stabil alias naik-turun.
2. Butuh Koneksi Internet dengan Latensi Rendah
Selain throughput tinggi dan stabil, cloud gaming juga membutuhkan koneksi internet dengan latensi yang rendah. Pasalnya, komputer lokal sebagai pencatat input dari pengguna perlu mengirimkan input tersebut ke cloud untuk direspons dengan sesuai. Memang informasi mengenai input yang perlu dikirimkan itu umumnya tidak besar, tetapi bila latensinya tinggi, pengguna akan merasakan delay atau penundaan yang menggangu permainan, seperti halnya sistem yang kurang responsif.
3. Kualitas Gambar Belum Tentu Sebaik Lokal
Untuk menghemat bandwidth, gambar gim yang di-render untuk dikirimkan dari cloud ke komputer lokal bisa saja dikompresi.
Bila hal ini dilakukan, tak jarang membuat kualitas gambar yang ditampilkan ke pengguna menjadi tak sebaik bila memainkan gim tersebut secara lokal.
4. Kompatibilitas Save Game
Ketika pengguna berpindah dari layanan cloud gaming yang satu ke yang lain, belum tentu save game yang disimpan di layanan cloud gaming yang lama bisa dibuka dan dijalankan di layanan cloud gaming yang baru.
Jika save game tersebut tidak kompatibel, pengguna harus bermain gim dari awal kembali.
Penulis | : | Cakrawala |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR