Keamanan pada infrastruktur TI seyogianya dibangun secara intrinsik. Namun acap kali, kendalanya justru terdapat pada sistem dan dalam proses-proses pengimplementasiannya yang secara keseluruhan begitu rentan mengalami disrupsi. Begitu pula dengan pengampu di sistem jaringan dan keamanan, mereka pada umumnya juga enggan bila harus menerima risiko tersebut.
Di sisi lain, perusahaan juga tak bisa langsung berevolusi ke model-model keamanan intrinsik begitu saja, misalnya tatkala mereka dituntut untuk dapat menggelar suatu aplikasi sesuai kebutuhan saat itu, maupun ketika mereka hendak memulai proyek implementasi baru.
Kami berpikir bahwa penerapan kebijakan di ranah jaringan dan keamanan, bersama dengan penerapan rules pada firewall, cukup dijadikan sebagai atribut saja di satu aplikasi. Artinya bahwa penerapan rules dan policy keamanan tersebut haruslah bisa dilakukan secara dinamis, yakni cukup ketika aplikasi tersebut hendak digunakan saja. Kemudian bisa dihapus tatkala aplikasi tersebut sudah tak dibutuhkan lagi.
Metode dalam perlindungan aplikasi dan data kini mengalami evolusi yang cukup berarti. Mencari profesional TI yang memiliki kepiawaian tersebut bagai mencari jarum di tumpukan jerami. Pendekatan yang tepat yakni dengan mulai menerapkan dari ranah yang kecil dulu.
Misalnya, ambil satu proyek Kubernetes yang Anda kehendaki, lalu bangun proyek tersebut secara greenfield dengan dukungan solusi-solusi jaringan dan keamanan modern berbasis software-defined. Ajak tim Anda untuk membangun pemahaman ini secara organik. Kemudian, secara betahap perluas penerapan metodologi baru ini hingga ke seluruh lingkungan enterprise hingga tuntas.
Tampaknya, perangkat-perangkat mini, seperti Raspberry Pi 4 akan makin marak penggunaannya di lingkungan enterprise. Harganya memang tak lebih dari $100, namun perangkat ini begitu mumpuni. Belum lagi fleksibilitasnya yang begitu tinggi. Ide untuk menghadirkan virtualisasi dan sejumlah teknologi mutakhir pada perangkat tersebut, maupun ide untuk menyematkan keamanan dan sistem isolasi yang lebih canggih ke edge, bisa menjadi langkah awal yang akan membuka beragam peluang baru dalam berinovasi dan hadirnya hal-hal baru lainnya bagi enterprise.
Hingga saat ini, pendayagunaan machine learning masih membutuhkan dukungan sains data dan penyempurnaan di banyak hal. Bagi kebanyakan perusahaan, ini tentu di luar kapasitas mereka. Bisnis berskala kecil jelas kesulitan untuk bisa mempekerjakan satu tim lengkap yang semua punya kepiawaian yang mumpuni di bidang sains data.
Namun, tak lama lagi, kita semua akan menyaksikan sendiri bagaimana jumlah layanan machine learning tumbuh dan siap digelar oleh penyedia cloud maupun komunitas sumber terbuka. Teknologi ini akan makin lumrah dan bisa diakses dengan mudah oleh siapapun, sehingga penerapan model-model machine learning oleh bisnis dapat dilakukan tanpa membutuhkan bantuan dari tenaga-tenaga ahli yang mumpuni di bidang sains data.
Penyedia layanan yang sukses dalam menggelar teknologi machine learning dan menjadikannya bisa diakses dengan mudah oleh perusahaan manapun tanpa mereka perlu mempekerjakan tenaga ahli di bidang sains data, 99 persen diprediksikan akan menjadi pemain dominan di ranah ini di masa depan.
Dalam sejumlah kasus, mengalihkan data ke public cloud dianggap tidak praktis. Lalu, mengapa Anda tidak ikut pindah saja ke layanan cloud yang sama dengan di mana data tersebut berlokasi?
Sudah banyak layanan awan yang menjalankan cloud data center secara independen, seperti layanan Amazon Relational Database Service (RDS) secara on-premises. Kami prediksi bahwa di tahun 2020 ini akan makin banyak dijumpai bentuk penerapan yang beragam, juga di masa-masa yang akan datang.
Lokasi fisik di mana suatu layanan dioperasikan, menjadi prasyarat utama bagi setiap penggelaran yang sesuai dengan tiap-tiap kebutuhan, melalui diterapkannya policy di lokasi tersebut.
Kolaborasi yang dijalin bersama mitra tak jarang justru membawa masalah baru, lantaran pihak mitra bersikeras untuk membawa serta hardware dan software kepunyaan mereka sendiri ke fasilitas bersama tersebut. Bahkan, di industri ritel, acap kali dijumpai mitra membawa sendiri desktop komputer beserta solusi software milik mereka ke toko. Padahal, nantinya tim IT perlu melakukan koneksi dengan menembus ke firewall yang sudah mereka bangun di situ.
Kendala yang timbul akibat diterapkannya model bisnis seperti ini, yang memungkinkan mitra bisnis mengikutsertakan peranti mereka sendiri ke dalam sistem, tak jarang malah menjadi penghambat tumbuhnya inovasi. Padahal, sejatinya ini menguntungkan bagi perusahaan karena mereka tak perlu lagi melakukan pengadaan perangkat, lantaran mitra sudah punya modal perangkat sendiri yang akan mendukung implementasi solusi-solusi bagi mereka.
Tahun 2020 akan diwarnai dengan meriahnya kehadiran platform yang bisa langsung berfungsi saat itu juga dari satu lokasi tertentu dan mampu menghadirkan beragam layanan kepada lintas mitra yang bergabung, serta memiliki skema isolasi yang tersedia melalui software virtualisasi.
Kehadiran platform layanan bersama di edge untuk lintas tenant diprediksikan akan membawa babak baru di kancah bisnis, lantaran kemampuannya untuk mendukung tumbuhnya inovasi serta mendukung dioptimalkannya seluruh potensi bisnis mitra, terlepas apakah mereka sudah punya kapital yang mendukung implementasi solusi-solusi mereka atau belum.
Platform yang mampu mendukung perusahaan tidak saja dalam berkolaborasi bersama mitra-mitra bisnis mereka, namun juga mampu mengoptimalkan setiap potensi tumbuhnya ceruk-ceruk baru pendapatan, seperti dari penyewaan kapasitas komputasi dan akses data di edge, akan dijadikan sebagai senjata pamungkas bagi mereka yang menghendaki kesuksesan, terutama bagi mereka yang bergelut di kancah industri ritel dan manufaktur.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR