Jumlah masyarakat di Tanah Air yang terjangkit COVID-19 (virus Corona) terus mengalami peningkatan dari hari ke hari.
Berdasarkan data per 31 Maret 2020, sudah ada 1.528 kasus virus Corona. Dari angka tersebut, korban yang meninggal mencapai 13 orang dan yang sembuh sebanyak 81 orang.
Untuk mencegah terus meningkatnya angka itu, Pemerintah RI melakukan berbagai upaya.
Salah satunya seperti menyediakan ratusan ribu perangkat pengujian infeksi virus (test kit) untuk pengecekan massal dan cepat.
Namun, dikarenakan populasi yang besar dan laju penambahan kasus yang begitu cepat, hal itu menunjukkan bahwa kebutuhan akan test kit yang efektif untuk masyarakat masihlah sangat besar.
Di sisi lain, pasokan test kit dari luar negeri juga tidaklah terjamin, mengingat permintaan akan perangkat itu juga sangat tinggi dari banyak negara lain yang sedang menghadapi wabah COVID-19.
Melihat kondisi tersebut, Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) memberikan mandat kepada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk membentuk Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk penanganan COVID-19 (TFRIC19).
Salah satu fokus utama yang dilakukan TFRIC19 adalah memproduksi test kit yang pengembangannya disesuaikan dengan karakteristik COVID-19 di Indonesia.
Dalam membentuk tim TFRIC19, BPPT melibatkan berbagai pihak mulai dari intitusi litbang, perguruan tinggi, asosiasi profesi hingga startup. Untuk startup sendiri, salah satu nama yang terlibat adalah Nusantics.
Nusantics merupakan startup deep-tech di bidang genomika yang merupakan portofolio dari East Ventures.
“Keinginan untuk berbakti kepada bangsa dan latar belakang yang sesuai mendorong kami untuk ikut berkontribusi,” ucap Sharlini Eriza Putri selaku CEO Nusantics.
Selama beberapa pekan ke depan, Nusantics akan mengembangkan test kit berbasis teknologi qPCR (Quantitative Polymerase Chain Reaction).
Di tahap awal, startup ini akan memproduksi 100 working prototype test kit qPCR sebagai prototipe.
Setelah itu, Nusantics akan berkolaborasi dengan beberapa institusi termasuk Bio Farma, Indonesia International Institute for Life Sciences, dan BPPT untuk memproduksi 100.000 test kit.
“Kami berharap agar kolaborasi ini menjadi awal dari kebangkitan industri berbasis biologi di Indonesia,” kata Sharlini.
Secara paralel, Nusantics juga akan melaksanakan proyek whole genome sequencing yang bertujuan untuk memetakan mutasi virus penyebab Covid-19 yang menyebar di Indonesia.
Pemetaan genomika berbagai varian virus penting karena virus cenderung untuk bermutasi dengan cepat ke beragam bentuk yang unik sesuai wilayah penyebarannya.
Hasil dari pemetaan genomika virus kemudian akan digunakan untuk penelitian dan pengembangan vaksin.
Selain itu, data tersebut bisa dimanfaatkan untuk memvalidasi test kit hasil pengembangan Nusantics dan test kit lain yang digunakan di Tanah Air.
Sebagai langkah untuk mendukung proyek TFRIC19, East Ventures menghadirkan program baru yang bernama "Indonesia Pasti Bisa".
Program ini berbentuk platform digital yang menjadi wadah untuk melakukan penggalangan dana untuk mendukung TFRIC19.
“Dengan meletakkan fondasi platform berasaskan result-oriented, accountability dan transparancy, kami berharap agar semua orang bisa berpartipasi dengan yakin lewat donasi dan bersama-sama bergerak untuk Indonesia melawan virus COVID-19,” ujar Co-founder dan Managing Partner East Ventures.
Lewat platform ini, East Ventures akan menghimpun pendanaan dengan target sebesar Rp10 miliar.
Dari jumlah tersebut, nantinya dana senilai Rp9 miliar akan digunakan untuk mendukung inisiatif Nusantics menyediakan 100.000 test kit secara gratis, sedangkan dana Rp1 miliar akan digunakan untuk proyek whole genome sequencing.
Dalam program ini, siapapun dapat berkontribusi mulai dari perusahaan, organisasi, hingga masyarakat di seluruh Indonesia.
Oh ya, selain dapat menyalurkan dalam bentuk uang, juga bisa memberi dukungan dalam bentuk pemberian bahan baku dan peralatan medis, atau tenaga dan keahlian.
Seluruh kegiatan penggalangan dana ini bisa diakses melalui situs Indonesiapastibisa.com dan sudah dimulai sejak Senin, 30 Maret 2020.
Adapun, setiap donasi yang masuk akan ditampilkan di situs Indonesia Pasti Bisa dengan timestamp dan jumlah nilai yang disalurkan.
Berdasarkan pantauan InfoKomputer (1/4), dana yang sudah terkumpul mencapai sekitar Rp4,6 miliar dari target sebesar Rp10 miliar.
Selain itu, juga sudah ada beberapa donatur dari korporasi yang terlibat dalam penggalangan dana ini seperti Tokopedia, Traveloka, Sociolla, Warung Pintar, Mekari, Pavilion Capital, Samora Group, dan lainnya.
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR