Pandemi virus corona membuat sebagian besar orang di dunia berdiam diri dan beraktivitas di rumah.
Satu-satunya sumber aktivitas bisa jadi tersedia karena Internet, di mana kamu bisa menonton YouTube, Netflix, video meeting di Zoom, hingga main game online.
Masalah itu justru menimbulkan masalah baru. Menurut laporan situs uji kecepatan internet bernama Ookla, jaringan internet di seluruh dunia jadi lambat dan kurang stabil sejak orang melakukan physical distancing dan berdiam diri di rumah.
Setidaknya, Ookla melihat fluktuasi kecepatan fixed broadband internet di China, India, Jepang, dan Malaysia. Menurut laporan mereka, internet di China mulai melambat sejak akhir Januari 2020.
Di akhir bulan tersebut, China memang baru menerapkan protokol lockdown untuk menekan persebaran virus corona.
Namun, Ookla mencatat, tampaknya kecepatan jaringan internet di China telah kembali stabil mulai Februari 2020.
Adapun di Malaysia dan India, kecepatan rata-rata turun di bawah 80 Mbps sejak pertengahan hingga akhir Maret.
Di kurun waktu tersebut, kedua negara itu memang baru saja memberlakukan lockdown untuk membatasi pergerakan publik.
Salah satu alasan yang mendorong penurunan kecepatan adalah beban traffic yang besar bagi layanan penyedia internet (Internet Services Provider/ISP) untuk memenuhi kebutuhan internet pengguna selama lockdown.
"Ini benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya," kata Thierry Breton, seorang komisioner Uni Eropa, yang mengawasi kebijakan digital sekaligus kepala eksekutif perusahaan France Télécom, dikutip dari New York Post. "Kita harus proaktif,” katanya.
Tak hanya fixed broadband, Ookla juga melihat kecenderungan yang sama pada kecepatan internet seluler. Kecepatan internet seluler di China, misalnya, anjlok pada akhir Januari 2020 dan mulai membaik pada Maret 2020. Hal serupa juga terjadi dengan Malaysia di mana kecepatan internet seluler mereka cenderung konstan sebelum kemudian turun pada 18 Maret ketika mereka memulai lockdown.
Sama seperti di Asia, Ookla juga mencatat bahwa kecepatan internet fixed broadband negara-negara di Eropa seperti Swiss, Belanda, Spanyol, dan Jerman juga memiliki tren kecepatan internet yang lambat.
Meski demikian, negara-negara lain seperti Austria, Italia, dan Jerman masih memiliki kecepatan stabil. Untuk kecepatan internet seluler, hampir semua negara Eropa tersebut mengalami kecenderungan internet melambat, kecuali Belanda.
Kesimpulannya jelas, negara-negara yang menerapkan lockdown atau physical distancing mengalami tren internet lambat karena semakin banyak orang yang tinggal di rumah.
Menurut laporan Mashable, tren internet lemot ini membuat sejumlah platform mengubah kebijakan mereka. Netflix dan YouTube, misalnya, telah mengumumkan akan mengubah kualitas streaming default mereka di Eropa menjadi 480 pixel untuk mengurangi beban jaringan.
Sejumlah negara juga mengakali tren negatif ini dengan mengeluarkan kebijakan yang mengayomi warga negaranya.
Sebagai contoh, pemerintah Malaysia mengumumkan akan menyediakan internet seluler gratis untuk penggunanya mulai 1 April. Biaya untuk realisasi internet gratis ini diperkirakan bernilai 600 juta ringgit atau sekitar 138 juta dolar AS.
Tak hanya itu, pemerintah Malaysia juga mengalokasikan dana 400 juta ringgit (92 juta dolar AS) untuk meningkatkan kualitas dan stabilitas jaringan di negara mereka. Malaysia juga akan menyediakan 1 GB data internet seluler gratis per hari bagi rakyat mereka.
Source | : | New York Post,Mashable |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR