Microsoft 365 akan memanfaatkan basis pengguna Windows 10 di Asia untuk mendorong pendapatan bisnisnya.
Ada sekitar 1 miliar perangkat yang menjalankan Windows 10 dan 33% berada di kawasan Asia Pasifik. Dan dengan beralihnya ruang kerja ke rumah akibat pandemi COVID-19, Microsoft akan memanfaatkan basis pengguna yang masif tersebut untuk mendorong pendapatan bisnisnya melalui Office suite. Hal itu dikemukakan oleh perusahaan data dan analytics, Globaldata.
Sejak 20 April 2020, Microsoft melakukan rebranding Office 365 suite menjadi Microsoft 365. Upgrade Windows 10 ditambahkan pada Microsoft 365 versi enterprise dan Microsoft Teams dibunding pada versi consumer. Microsoft 365 ditawarkan dalam bentuk langganan bulanan atau tahunan.
Nishant Singh, Head of Technology and Telecoms Data, GlobalData, mengatakan, "Rebranding Office 365 menjadi Microsoft 365 memastikan bahwa Microsoft siap melakukan pendekatan baru. Baik untuk enterprise maupun consumer, Microsoft percaya diri dengan model berlangganan, yang akan berpusat pada tool-tool Office seperti Word dan Excel, ditambah cukup banyak aplikasi dan layanan tambahan yang akan meningkatkan value for money."
Microsoft 365 Business Premium yang ditujukan untuk enterprise berskala besar dibanderol pada harga US$20. Harga tersebut sebenarnya tak jauh berbeda dengan harga berlangganan Zoom untuk perusahaan berskala enterprise, US$19.99 /bulan/host.
Singh menambahkan, “Dari sisi fitur, Microsoft 365 Business Premium menawarkan lebih banyak daripada Zoom atau Slack dengan mencakupkan aplikasi Office, cloud storage berkapasitas 1TB, Outlook dengan mailbox berkapasitas 50GB per user, tool untuk device dan data protection, upgrade ke Windows 10, dan tentu saja Teams yang bersaing dengan Zoom dan Slack." Singh memaparkan bahwa harga tersebut, yang sudah menyertakan upgrade Windows 10, akan diterima oleh pasar Asia yang cenderung sensitif terhadap harga dan sedang mengalami penurunan kinerja ekonomi.
Sampai awal tahun ini, Office 365 versi consumer memiliki 37,2 juta pelanggan di seluruh dunia. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat seiring diberlakukannya kebijakan bekerja dari rumah di berbagai negara karena pandemi COVID-19.
“Konsumerisasi IT adalah tren yang lazim di dekade lalu, di mana teknologi yang tumbuh di pasar consumer kemudian diadopsi oleh enterprise dan bisnis. Wabah COVID-19 justru membukakan peluang unik bagi Microsoft untuk melakukan sebaliknya, ‘Enterprization’ dari consumers," ujar Singh.
Menurut Singh, sejumlah besar karyawan yang bekerja dari rumah akan menginginkan kemampuan mereplikasi aplikasi bisnis dan komunikasi pada perangkat pribadinya. Dan aplikasi-aplikasi tersebut umumnya terdiri dari Outlook dan Office suite, yang ditawarkan oleh Microsoft 365. Teams dibundling Microsoft dengan Microsoft 365 versi consumer sebagai daya tarik bagi consumer.
Office merupakan produk penting bagi Microsoft. Divisi Productivity and Business di mana Office bernaung berkontribusi sebesar 30% terhadap pendapatan perusahaan. Dan dalam beberapa kuartal terakhir memperlihatkan pertumbuhan 20% year-on-year. Microsoft akan menjaga momentum ini dengan menambahkan aplikasi dan layanan pada Microsoft 365 tanpa biaya tambahan.
“Windows agaknya tidak lagi menghasilkan pendapatan yang signifikan bagi Microsoft. Terutama karena ke depannya tidak ada lagi rilis besar untuk Windows tapi lebih kepada update dan peningkatan secara berkala. Namun, dengan Microsoft 365, kelihatannya Microsoft berharap besar pada model berlangganan aplikasi dan layanan Office sebagai intinya, dan menggeser peran Windows," Nishant Singh menyimpulkan.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR