Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang besar ke semua sektor bisnis termasuk Grab.
CEO Grab Anthony Tan mengatakan virus corona (SARS-CoV-2) yang menyebabkan pandemi Covid-19 telah menciptakan tantangan dan krisis terbesar sejak perusahaan berdiri.
Krisis dan tantangan Covid-19 mengharuskan Grab mengeluarkan keputusan sulit untuk memotong pengeluaran dan mengelola modal. Pandemi Covid-19 membuat pemesanan layanan taksi dan ojek online Grab di Asia Tenggara menurun drastis karena penerapan pembatasan aktivitas warga di luar rumah.
"Covid-19 adalah krisis tunggal terbesar yang mempengaruhi Grab dalam delapan tahun keberadaan kami. Pandemi ini memiliki dampak yang belum pernah terjadi sebelumnya pada operasi kami, bisnis kami dan mata pencaharian mitra kami," ujar Tan.
Perusahaan yang berbasis di Singapura ini adalah perusahaan rintisan (startup) yang paling bernilai di Asia Tenggara karena sukses berkembang melampaui perjalanan ke pengiriman makanan dan layanan lainnya.
Dilansir dari South Morning China Post, pada Februari, Grab mengumpulkan lebih dari US$850 juta atau sekitar Rp13,2 triliun sebagai modal untuk melakukan ekspansi di berbagai wilayah di Asia Tenggara tersebut.
Grab telah berusaha mengimbangi penurunan pemesanan layanan taksi online dan ojek online dengan pengiriman makanan, yang mengalami lonjakan permintaan karena orang-orang tinggal di rumah.
"Akan ada keputusan sulit dan trade-off (tarik ulur) yang akan dibuat saat kami terus mengevaluasi dampaknya pada bisnis kami," kata Tan.
Dilansir dari The Star, Tan mengatakan Grab akan memutar otak untuk memotong pengeluaran dan mengelola di tengah wabah corona.
"Kami akan mengukur biaya dengan tepat, mengelola modal kami secara efisien, dan melakukan penyesuaian operasional yang diperlukan untuk mengatasi badai dan mengukir jalan menuju profitabilitas," kata Tan.
Source | : | South China Morning Post |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR