Di tengah pandemi COVID-19, edge computing justru siap menuai banyak perhatian di Asia Pasifik.
Tren ini berkembang seiring kebutuhan meningkatkan teknologi jaringan untuk kerja jarak jauh yang kian marak di masa pandemi COVID-19.
Perusahaan data dan analytics memperkirakan pasar edge computing Asia Pasifik akan tumbuh pada Compound Annual Growth rate (CAGR) sebesar 21% antara tahun 2019 dan 2024. Dan pada tahun 2024, nilai pasarnya akan mencapai angka US$ 5,8 miliar.
Situasi pandemi COVID-19 akan mengakselerasi inisiatif transformasi digital oleh perusahaan-perusahaan di Asia Pasifik. Dan edge computing akan menjadi salah satu bagian penting dari transformasi digital tersebut.
Pada 2024, Asia Pasifik diprediksi akan menjadi pasar edge computing kedua terbesar di dunia, setelah pasar AS. Pertumbuhan pasar di Asia Pasifik utamanya didorong oleh China dan Jepang, yang berkontribusi sekitar 61%.
Lima industri vertikal terdepan dalam belanja solusi edge computing adalah sektor manufaktur, BFSI (banking, financial services & insurance), energi, teknologi informasi, dan sektor consumer. Kelima sektor ini akan berkontribusi sebesar 50% dari keseluruhan pengeluaran (spending) untuk edge computing pada tahun 2024.
Shamim Khan, Senior Technology Analyst, GlobalData, mengatakan, “IoT dan 5G akan menjadi pendorong krusial dalam adopsi edge computing di kawasan Asia Pasifik. Secara bersama-sama keduanya diharapkan akan mentransformasi keseluruhan industri dan menciptakan banyak peluang baru bagi perusahaan."
Bagi sektor manufaktur, industrial IoT dan edge computing akan memungkinkan proses industri yang lebih ringkas, supply chain yang lebih baik, dan peralatan industri bekerja tanpa atau dengan sedikit intervensi manusia. Sedangkan pasar finansial dapat memanfaatkan edge computing secure gateway untuk meningkatkan keamanan dan privasi data dalam solusi banking yang lebih canggih.
Sementara itu, pertumbuhan ekosistem connected device yang terdiri dari kota cerdas, kendaraan terhubung, dan rumah pintar akan berujung pada penambahan volume data. Dan data-data dalam volume sangat besar ini harus disimpan, dianalisis, dan diproses untuk membantu pengambilan keputusan secara tepat waktu dan efektif.
“Edge computing akan menjadi kunci dalam menghadapi sejumlah tantangan karena pemrosesan terdesentralisasi akan memungkinkan response time yang baik dan memangkas latensi," Shamim menambahkan.
Di beberapa minggu terakhir, vendor terlihat melakukan aktivitas terkait edge computing. Amazon Web Services baru saja mengumumkan update solusi edge computing Snow. Kemudian Microsoft juga mengumumkan Azure Edge Zones dan Google menghadirkan strategi Global Mobile Edge Cloud (GMEC).
Penawaran-penawaran terbaru ini utamanya baru menyasar pasar AS. Namun Globaldata yakin para vendor akan segera merilisnya di pasar Asia Pasifik jika melihat perkembangan pasar edge computing di kawasan itu. Ketersediaan penawaran tersebut juga akan membuka peluang hadirnya aplikasi-aplikasi terdistribusi jenis baru dengan arsitektur yang lebih konsisten bagi perusahaan di Asia Pasifik.
“Sejumlah besar aplikasi di segmen enterprise akan bertambah terutama dengan kehadiran jaringan 5G di kawasan ini. Peralihan dari model sentralisasi berbasis cloud ke model kecerdasan pada perangkat pada akhirnya membutuhkan aplikasi berwawasan masa depan dan arsitektur TI. Permintaan untuk edge computing akan tumbuh seiring langkah perusahaan untuk terus menghubungkan core resources dengan edge resources dalam rangka mendukung inisiatif transformasi digital," Shamim Khan menyimpulkan.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR